Kamis, 23 Juli 2009

Suatu Sore, Seorang Kernet Berkata…


Kira-kira pukul tiga sore lewat beberapa menit, saat saya menumpang di sebuah angkutan kota. Si angkot kemudian berhenti di suatu titik dan menungg lebih lama. Di sanalah, saya kemudian dapat menangkap percakapan antara supir angkot dengan kernet yang nampak lelah namun terus menerus berteriak-teriak mengarahkan penumpang untuk naik ke angkot yang berada di hadapannya.

“Jam berapa sekarang?” Tanya sang kernet pada supir angkot. Si Supir lalu melirik sekilaspada jam tangannya dan mengatakan bahwa waktu telah sampai pada pukul tiga sore, lebih beberapa menit. Mendengar jawaban si Supir, lelaki separuh baya berambut abu-abu itu melengos dan menunjukkan ekspresi yang menyemburatkan kelelahan.

“Memangnya kenapa?” Tanya supir angkot, penasaran.
Sang kernet lalu mengangkat wajahnya yang sempat beberapa saat tertunduk, “Saya baru dapat tiga ribu sejak pagi tadi, padahal ini sudah jam tiga…” ujarnya kemudian.

Percakapan selanjutnya antara kedua lelaki itu tidak lagi saya perhatikan. Pikiran saya melayang-layang pada perenungan saya dengan hati ini. Tiga ribu rupiah? Sudah bekerja seharian Cuma dapat tiga ribu? Pikir saya dengan miris. Saya kemudian membawa sejumlah uang itu pada diri ini. Uang tiga ribu, ongkos sekali naik angkot saja sudah habis, dipakai jajanpun kadang tak cukup. Saya lalu membayangkan sang kernet akan membawa uang itu kepada istrinya, dan menyakinkan keluarganya bahwa rejeki dari Allah hari ini memang hanya tiga ribu saja. Ah…., saya masih harus banyak belajar tentang kehidupan, rupanya. Juga banyak hal tentang kesyukuran yang kadang kita lupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)