Minggu, 16 September 2012

Kami Anak Rohis, Bukan Calon Teroris!

Belum lagi tuntas sakit hati kita atas munculnya “The Innocence of Islam” yang berani-beraninya menjelek-jelekkan sosok Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, ‘gangguan’ lain kembali hadir lagi dari dalam negeri sendiri, media kita sendiri.

Salah satu stasiun TV swasta yang terkemuka tersebut, dalam sebuah tayangannya membahas tentang pola rekruitmen teroris muda. Naas, dalam salah satu poin pembahasannya, dipaparkan bahwa diantara jalur perekrutan teroris adalah melalui ekstrakurikuler di masjid sekolah. Nah lho!

Berbicara tentang ekskul di masjid sekolah, maka yang dimaksud tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah; rohis sekolah! Entah penelitian apa dan metode apa yang digunakan media ini sehingga menyimpulkan hal tersebut. Mengapa pula poin ini bisa mengemuka dengan sangat mudah dan secara tidak langsung menggeneralisasi ekskul rohis sebagai salah satu jalur yang (bisa-bisa) menjadi tempat perekrutan teroris. Hmm...

Sangat miris rasanya, media yang berada di negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia ini, dapat menyimpulkan hal seperti itu. Apakah islamofobia yang kebanyakan muncul di negara-negara Eropa dan Amerika juga mulai merasuk ke bangsa kita? Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi jika informasi tersebut diterima mentah-mentah oleh masyarakat? Tentu saja para orang tua, guru-guru, bahkan generasi muda, akan ketakutan sendiri untuk mendukung kegiatan-kegiatan kerohanian Islam. Jika hal-hal yang haq mulai dijauhi dan ditakuti, maka bayangkanlah bagaimana mudahnya kebatilan menemukan pengikutnya! Naudzubillah...

Lalu, benarkah sebegitu mengerikannya ekskul-di-masjid-sekolah itu?


Hal ini bisa kita buktikan dari bagaimana tanggapan masyarakat pada penayangan berita tersebut. Begitu banyak protes yang membahana dari jejaring sosial. Muncullah suara-suara yang melakukan pembelaan atas dunia rohis. Inilah fakta yang sebenarnya, testimoni langsung dari orang-orang yang menjalani rohis dan orang-orang yang mengamatinya dari jauh dengan sudut pandang yang benar, tentu akan membawa kepada sebuah kesimpulan; tidak ada yang salah dari dunia rohis!

Ingatan saya langsung terbawa kepada masa beberapa tahun yang lampau, saat saya pun turut berada dalam deretan ‘anak rohis’. Saat itu –bahkan hingga kini, bagi saya, rohis adalah tempat berkumpulnya segala macam kebaikan. Bagaimana tidak? Di sana diajarkan tentang banyak nilai-nilai positif yang tentunya berlandaskan pada Al Qur’an dan Assunnah. Bukan hanya motivasi pada hal-hal berbau ukhrawi, namun rohis juga menjadi tempat kami digembleng untuk dapat memiliki prestasi keduniaan, namun tetap dengan orientasi akhirat. Islam diperkenalkan sebagai sebuah jalan hidup yang paripurna; lengkap dan menyeluruh. Islam bukan saja tentang ibadah secara vertikal kepada Allah, namun juga bagaimana mewujudkan akhlak terbaik kepada seluruh alam raya; tanpa terkecuali.

Anak-anak rohis itu, memang tetaplah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Apalagi di masa remaja dimana kadang emosi masih meluap-luap. Namun, di sana ada konsep saling menasihatkan, menegur dengan cara yang ma’ruf, dan saling mengingatkan satu sama lain, sehingga segala hal yang bengkok dapat segera terluruskan dan dikembalikan kepada track-nya. Kami percaya, selama Al Qur’an dan Assunnah sesuai dengan pemahaman para salaf tetap menjadi landasan, maka kami akan berada di jalan kebenaran.

Maka tidak perlu ada ketakutan pada ekskul ini. Apa yang Anda takutkan dari sekelompok pemuda yang dekat dengan agamanya? Yang meyakini pengawasan Rabbnya? Yang berusaha mengimplementasikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dalam kehidupannya? Bagaimana bisa mereka menjadi teroris sedangkan mereka diajarkan untuk berakhlak dengan baik bahkan kepada tumbuhan dan hewan sekalipun?

Kami berharap, setelah ini, tidak ada lagi media-media yang terlalu gegabah melakukan generalisasi tanpa bukti yang kuat. Ummat ini sudah cukup sakit dengan berbagai macam cara untuk memojokkan dan menyudutkannya. Saat bidang-bidang lain hanya boleh dipaparkan oleh ahlinya, entah mengapa agama seolah-olah boleh dibicarakan bahkan hingga diputarbalikkan oleh siapapun juga.

Ah, terasa sekali, Islam kini diserang dari berbagai penjuru. Negara-negara Islam dibombardir, sementara media yang berpengaruh di dunia hanya dapat bungkam, minimal memberikan pemberitaan yang tidak berimbang. Agama ini dicaci, dimaki, dan disakiti, lalu diprovokasi, kemudian kembali dipojokkan lagi. Saat peluru-peluru menembus raga para bocah di negara kaum muslimin yang tertindas, pemikiran-pemikiran bathil juga menyusup ke otak kaum muslimin negara-negara yang seolah damai-damai saja. Maka filter itu harus ada. Dan rohis, adalah salah satu tempat untuk membentuk pribadi muslim yang kuat tersebut.

Maka inilah kami: Anak rohis, bukan calon teroris!