Belum lagi tuntas sakit hati kita
atas munculnya “The Innocence of Islam” yang berani-beraninya menjelek-jelekkan
sosok Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, ‘gangguan’ lain kembali hadir
lagi dari dalam negeri sendiri, media kita sendiri.
Salah satu stasiun TV swasta yang
terkemuka tersebut, dalam sebuah tayangannya membahas tentang pola rekruitmen
teroris muda. Naas, dalam salah satu poin pembahasannya, dipaparkan bahwa
diantara jalur perekrutan teroris adalah melalui ekstrakurikuler di masjid
sekolah. Nah lho!
Berbicara tentang ekskul di
masjid sekolah, maka yang dimaksud tentu saja tidak lain dan tidak bukan
adalah; rohis sekolah! Entah penelitian apa dan metode apa yang digunakan media
ini sehingga menyimpulkan hal tersebut. Mengapa pula poin ini bisa mengemuka
dengan sangat mudah dan secara tidak langsung menggeneralisasi ekskul rohis
sebagai salah satu jalur yang (bisa-bisa) menjadi tempat perekrutan teroris.
Hmm...
Sangat miris rasanya, media yang
berada di negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia ini, dapat
menyimpulkan hal seperti itu. Apakah islamofobia yang kebanyakan muncul di
negara-negara Eropa dan Amerika juga mulai merasuk ke bangsa kita? Bisa Anda
bayangkan apa yang terjadi jika informasi tersebut diterima mentah-mentah oleh
masyarakat? Tentu saja para orang tua, guru-guru, bahkan generasi muda, akan
ketakutan sendiri untuk mendukung kegiatan-kegiatan kerohanian Islam. Jika
hal-hal yang haq mulai dijauhi dan ditakuti, maka bayangkanlah bagaimana
mudahnya kebatilan menemukan pengikutnya! Naudzubillah...
Lalu, benarkah sebegitu
mengerikannya ekskul-di-masjid-sekolah itu?
Hal ini bisa kita buktikan dari
bagaimana tanggapan masyarakat pada penayangan berita tersebut. Begitu banyak
protes yang membahana dari jejaring sosial. Muncullah suara-suara yang
melakukan pembelaan atas dunia rohis. Inilah fakta yang sebenarnya, testimoni
langsung dari orang-orang yang menjalani rohis dan orang-orang yang mengamatinya
dari jauh dengan sudut pandang yang benar, tentu akan membawa kepada sebuah kesimpulan;
tidak ada yang salah dari dunia rohis!
Ingatan saya langsung terbawa
kepada masa beberapa tahun yang lampau, saat saya pun turut berada dalam
deretan ‘anak rohis’. Saat itu –bahkan hingga kini, bagi saya, rohis adalah
tempat berkumpulnya segala macam kebaikan. Bagaimana tidak? Di sana diajarkan
tentang banyak nilai-nilai positif yang tentunya berlandaskan pada Al Qur’an
dan Assunnah. Bukan hanya motivasi pada hal-hal berbau ukhrawi, namun rohis
juga menjadi tempat kami digembleng untuk dapat memiliki prestasi keduniaan,
namun tetap dengan orientasi akhirat. Islam diperkenalkan sebagai sebuah jalan
hidup yang paripurna; lengkap dan menyeluruh. Islam bukan saja tentang ibadah
secara vertikal kepada Allah, namun juga bagaimana mewujudkan akhlak terbaik
kepada seluruh alam raya; tanpa terkecuali.
Anak-anak rohis itu, memang tetaplah
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Apalagi di masa remaja dimana
kadang emosi masih meluap-luap. Namun, di sana ada konsep saling menasihatkan,
menegur dengan cara yang ma’ruf, dan saling mengingatkan satu sama lain,
sehingga segala hal yang bengkok dapat segera terluruskan dan dikembalikan
kepada track-nya. Kami percaya, selama
Al Qur’an dan Assunnah sesuai dengan pemahaman para salaf tetap menjadi landasan,
maka kami akan berada di jalan kebenaran.
Maka tidak perlu ada ketakutan
pada ekskul ini. Apa yang Anda takutkan dari sekelompok pemuda yang dekat
dengan agamanya? Yang meyakini pengawasan Rabbnya? Yang berusaha
mengimplementasikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dalam kehidupannya? Bagaimana
bisa mereka menjadi teroris sedangkan mereka diajarkan untuk berakhlak dengan
baik bahkan kepada tumbuhan dan hewan sekalipun?
Kami berharap, setelah ini, tidak
ada lagi media-media yang terlalu gegabah melakukan generalisasi tanpa bukti
yang kuat. Ummat ini sudah cukup sakit dengan berbagai macam cara untuk
memojokkan dan menyudutkannya. Saat bidang-bidang lain hanya boleh dipaparkan
oleh ahlinya, entah mengapa agama seolah-olah boleh dibicarakan bahkan hingga
diputarbalikkan oleh siapapun juga.
Ah, terasa sekali, Islam kini
diserang dari berbagai penjuru. Negara-negara Islam dibombardir, sementara
media yang berpengaruh di dunia hanya dapat bungkam, minimal memberikan
pemberitaan yang tidak berimbang. Agama ini dicaci, dimaki, dan disakiti, lalu
diprovokasi, kemudian kembali dipojokkan lagi. Saat peluru-peluru menembus raga
para bocah di negara kaum muslimin yang tertindas, pemikiran-pemikiran bathil
juga menyusup ke otak kaum muslimin negara-negara yang seolah damai-damai saja.
Maka filter itu harus ada. Dan rohis, adalah salah satu tempat untuk membentuk
pribadi muslim yang kuat tersebut.
Maka inilah kami: Anak rohis,
bukan calon teroris!