Minggu, 29 Juli 2018

Siapa Tahu Jodoh

SIAPA TAHU JODOH

Suatu hari di tahun 2008, selompok mahasiswa menyusuri jalan setapak di belakang kampusnya, siang itu. Seseorang di antara mereka menunjuk ke salah satu lorong, lalu menyebut nama seorang dosen di fakultasnya. "Ini lorong rumah bapak itu. Kabarnya, beliau punya anak gadis yang kuliah di kampus seberang, jilbabnya panjang!" ujarnya.

Seorang kawannya lalu nyeletuk, santai bercampur canda, "Wah, siapa tahu jodoh, tuh!". Celetukannya itu disambut tawa ringan oleh mereka. Tanpa pernah mereka tahu, rupanya langit tengah merekam pembicaraan itu...

Waktu pun terus berlalu. Si mahasiswa yang nyeletuk tadi terus melanjutkan hidupnya. Diselesaikannya masa studinya hingga sarjana, tanpa pernah ditakdirkan bertemu muka langsung dengan dosen yang di awal cerita ia lewati lorongnya itu. Ia kemudian merantau ke pulau Jawa, menuntaskan dahaga ilmunya hingga kembali menambah gelar di belakang nama. Bahkan hingga menjelajah ke negeri jiran, ditempuhnya jua dengan satu tekad; tak akan menikah hingga tunai gelar tertinggi tersemat pada namanya!

Pun demikian dengan si gadis. Lurus-lurus saja ia jalani hidupnya. Studi ilmu tentang obat-obatan yang di hatinya tak begitu mendapat tempat, ia jalani saja dengan satu niat; menyenangkan orangtua. Hingga tahun-tahun berlalu dan ia raih pula gelar profesi untuk dibawa pulang ke rumah, setelah masa yang panjang dalam babak belur perjuangan melalui lika-liku laboratorium, penelitian, dan magang praktik kefarmasian.

Awalan 2015 menjadi awal untuk seorang pemuda memperkenalkan dirinya pada ayah dari seorang gadis. Lelaki itu, adalah dosen yang ia lewari lorong rumahnya delapan tahun yang lalu. Dan hari itu adalah kali pertama mereka bertemu. Sang pemuda bahkan belum pernah manatap wajah gadis yang ternyata telah menjadi jalan untuk ia mengubah haluan hidupnya; studinya belum kelar, tapi ia rasa harus segera menikah tahun itu juga. Ia rasa perjalanannya membutuhkan seorang pendamping untuk menguatkan langkah.

Delapan bulan kemudian, pemuda tadi menjabat erat tangan lelaki berambut kelabu yang telah menerima khitbahnya pada Januari yang lalu itu. Ijab qabul terucapkan, resmi sudah sebuah ikatan.

Hampir tiga tahun kemudian, saat keduanya telah memiliki dua orang buah hati, baru kemudian ia bercerita kepada sang istri; Mmi, mungkin memang tanda-tanda bahwa kita bakal berjodoh, sudah terlihat waktu itu... lewat ucapan iseng Aba, sepuluh tahun yang lalu...."

Juli 2018