Rabu, 22 Juli 2009

Jalan yang Sepi



Senja ini ada tanya dari hati
Mengapa jalan ini begitu sepi
Bahkan kosong
dan sunyi
Diisi oleh gemerisik angin
Atau dengan isakan tangis

Suatu hari, saya menyaksikan sebuah acara roadshow sebuah talkshow yang laris di TV Nasional. Kala itu, saya kaget dengan jumlah pesertanya yang membludak, Hingga tiga ribuan orang lebih. Meski, yang ditampilkan sebenarnya bukan sesuatu yang hura-hura atau yang mengobral nafsu seperti yang sangat ini sangat banyak peminatnya. Diam-diam, saya merasa sedikit bersyukur, ternyata, orang Indonesia sudah bisa memilih dan meminati hal-hal berbobot dan membawa pesan pendidikan (meski tentu tidak 100% syar’i).


Tak terlihatkah cahaya di ujungnya ?
Bersinar keemasan bersama untai
keagungan
Memanggil dengan jelas sebenarnya
Sayup-sayup menusuk
relung-relung di dada

Pada beberapa hari setelahnya, saya menjadi penyelenggara sebuah acara. Tidak besar memang. Tapi sebenarnya memiliki esensi besar dan tujuan yang mulia. Namun, saya harus gigit jari dengan jumlah peserta yang hanya sekian orang. Padahal banyak pihak telah berusaha dengan keras dan mengajak dengan semangat, dan melakukan persiapan hingga titik yang paling matang, tapi hasilnya, tetap tidak maksimal.


Mungkin, karena kita belum melihat dengan jiwa
Hanya mendengar lewat
telinga saja
Dan sepi inipun,
Semakin terasa.

Saya terhenyak. Saat mendengar seseorang berkata, meyakinkan kami bahwa memang telah beginilah mungkin yang ditakdirkan oleh Allah.
”Jalan kebaikan..., memang jalan yang sepi...”
Saya merinding.
Ya, nampaknya memang benar. Jalan ini begitu sunyi. Mungkin karena banyaknya duri dan onak di dalamnya. Mungkin karena ia dilingkari oleh banyak hal yang tak sesuai dengan nafsu manusia.

Tapi kemudian ada syukur yang terucap
Sebab setidaknya, saya berada di jalan yang sama
Meski sepi, tapi saya yakin ada tangan-tangan yang selalu di samping saya
Orang-orang yang merasakan nikmatnya sepi itu. Nikmatnya tangis itu. Nikmatnya tertusuk duri dan terhalang onak itu.
Tapi harap saya belum pupus. Pada bertambah dan semakin bertambahnya orang-orang yang ingin meramaikan jalan ini. Meski mungkin akan tetap sepi. Tapi harap saya belum berhenti.

Makassar, 14 Juli 2008
Buat semua akhwatfillah !
Sepi inilah yang mengikat hati kita, ya khan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)