Rabu, 22 Juli 2009

Orang-Orang yang Dulu Ada



rerumput meranggas hijau di balik kelam
dari yang dulu segar ikut
mewangikan meski hanya sesaat kejap

Pertama kali menginjakkan kaki di jalan ini. Begitu banyak wajah yang terlihat. Gemilang. Berbicara dengan penuh kemantapan, bahkan disertai dengan semangat yang membakar. Wajah-wajah itulah sebenarnya yang sempat membuat orang-orangpun dapat merasa yakin, bahkan merasa malu dan segera ingin ikut berbenah diri.

Saudaraku,

Masih ingatkah kau saat pertama kali mencium wangi hidayah ?
Saat mungkin kau begitu menikmatinya, bahkan melahapnya dengan rakusnya. Namun, tak ada yang dapat melarang. Toh, itu semua hanyalah Allah yang menetukan.
Saat itu, tak kau pedulikan bagaimana cercaan orang tentangmu. Tak lagi kau gentar bahkan walau ditegur oleh orang tuamu. Bahkan, mungkin tanpa kau tau, sebab dirimulah beberapa orang di belakangmu, juga ikut dengan langkahmu. Malah mungkin hingga saat ini.

Begitu banyak yang kemudian yang dapat kau katakan. Kau lalu dari orang yang begitu pemalu, menjelma seorang pembicara yang ulung. Kau dapat begitu mudahnya mengajak oranglain bersamamu. Kau bahkan bisa menegur apa yang kau anggap salah, dan membenarkannya dengan caramu.

Ya, kau begitu percaya diri dengan eksistensimu saat itu. Dan kita, berbekal dengan ilmu yang mungkin masih begitu dangkal kemudian memutuskan untuk memilih jalan ini sebagai jalan hidup. Kita seolah mengumumkan pada dunia, mungkin lewat lambaian jilbab kita yang makin lebar, atau lewat sejumput janggut yang muncul di dagu. Kita katakan bahwa kitalah ulat kecil yang telah berubah menjadi kupu-kupu. Lalu kita sematkan sebuah nama baru. Nama hijrah, katamu.

Tapi saudaraku,

Saat ini, mengapa tak kudapat lagi wajahmu di antara para penikmat majelis ilmu ?
Tak kusaksikan lagi keberadaanmu ditiap jumpa saat shaf perjuangan kembali dirapatkan. Adakah waktu telah menggerus diri, hingga satu persatu orang-orang tumbang dan begitupun dirimu ? Adakah perjumpaan yang jarang, atau berubahnya lingkungan, dapat dengan mudah mengubah semangat yang dulu ? Atau telah adakah pembenaran atas tiap goresan kecil di hatimu ?
Lalu dimanakah lagi semangat yang dulu ?
Di mana lagi binar mata yang dulu meyakinkanku ?
Di mana letupan semangat yang begitu menggebu ?
Dan dimana kau letakkan segala keyakinan yang dulu telah kita patri, keyakinan akan janji Allah yang pasti, dan keyakinan bahwa inilah jalan yang kita pilih ?

Saudaraku,
Sesungguhnya jalan ini masih seperti yang dulu. Di ujungnya tetap ada cahaya. Dan cahaya itu telah pasti binarnya. Kita tinggal menentukan, inginkah menjadi salah satu bagian yang kemudian mendapatkan bias darinya.

Jalan ini masih terbuka untuk siapapun yang ingin datang, ataupun yang ingin kembali. Selama nafas itu masih berhembus, maka waktu belum berhenti untuk kembali berpikir, bahwa selamanya, kita tak ingin terganti.

Yaa muqallibal qulub, tsabbit qalbi ala diinika...

Makassar, 18 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)