Senin, 30 September 2013

Wake Up!

Hari terus berganti. Matahari tenggelam lagi, lalu rembulan pun terbit. Mereka semua menjalankan perannya masing-masing sesuai ketentuan Tuhan. Tiada yang mengelak sedikitpun. Tiada yang menunggu sedetik pun. Tiada pula yang peduli apakah hari ini ada bahagia, ataupun tengah kita lewati dengan nestapa.

Rasanya, ingin sekali barang satu kali saja, tidak perlu peduli pada tanggapan siapa-siapa. Ingin saja menangis sekeras-kerasnya. Atau meluapkan amarah sebebas-bebasnya. Berteriak sekencang-kencangnya, tanpa ada yang perlu mendengarkannya. Tanpa ada yang perlu dikhawatirkan akan terkaget karenanya.

Tapi, nyatanya tidak bisa begitu. Tidak boleh begitu.

Sebab tidak perlu semua orang tau, semua hal yang bergelayut dalam pikiranmu. Tidak usah semua orang mengerti seberat apapun hidup yang tengah kau lalui. Tidak penting semua orang menyadari seberapa pelik pilihan yang sedang kau hadapi. Semuanya akan tetap baik-baik saja. Hari terus berganti. Matahari tenggelam lagi, lalu rembulan pun terbit. Dengan atau tanpa senyummu.

Tapi bukankah semua hal akan dipergilirkan? Seperti pagi dan malam. Seperti langkah kanan dan kiri yang bisa membuat kita berjalan. Seperti roda yang berputar, ke atas dan ke bawah. Maka segala liku dan haru, suatu waktu akan berubah menjadi bahagia, mungkin pula, jatuh cinta. Senja akan tetap menjelang, jingga akan muncul temaram. Seolah menghapuskan tiap bulir air mata. Seolah berjanji bahwa setelah hujan nanti, akan selalu ada kemungkinan munculnya lengkung pelangi. Bahwa setelah kesempatan hari ini, akan ada kesempatan dan kesempatan lagi.

Semua akan baik-baik saja. Seperti hari-hari kemarin yang berlalu seolah mimpi. Seperti tiap doa-doa rahasia yang dilangitkan tanpa pernah diketahui oleh sang pemilik nama. Seperti harapan-harapan masa depan yang tetap akan ada, dan membuat kita tersenyum, bahkan yang paling pahit sekalipun. Yang akan membuat kita tersenyum, saat bangun pagi, pada diri kita sendiri.

Semua akan baik-baik saja, yakinilah. Sebab pada kelam sekelamnya gelap, kaulah cahaya itu. Kaulah penerang itu. September telah berakhir, bolehkah aku membangunkanmu?

Makassar, 30 September 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)