Sabtu, 03 Desember 2011

[Semacam Review] Catatan Hati Seorang Istri-nya Asma Nadia; Buku yang Membuat Saya Bertanya-Tanya



Akhirnya, hari itu jugalah yang ditakdirkan Allah untuk saya berjodoh dengannya. Awalnya, tidak pernah terbersit niat untuk itu... Yeah, untuk membeli sebuah buku yang menjadi National-Best-Seller itu. Namun, saya akhirnya berjodoh dengan karya Asma Nadia tersebut di sebuah pertengahan Oktober saat bertandang ke tempat favorit saya; Gramedia. Buku bersampul foto seorang muslimah dalam jilbab ungu muda itu, kemudian saya tangkap bayangannya dengan ujung mata. Lalu tangan saya tergerak untuk meraihnya, kemudian membuka lembar demi lembarnya yang berisi banyak kata.

Lalu saya terhenyak!

Bagaimana bisa sebuah buku menyelamatkan mahligai rumah tangga yang hampir kandas? Seperti apakah karya yang telah membuat seorang wanita insyaf dari mengganggu suami orang? Apa pula yang menggerakkan seorang pria untuk kembali jatuh cinta pada istrinya setelah membaca buku yang kini berada di tangan saya?

Dan ah, betapa saya teramat cemburu pada beliau; Mbak Asma Nadia, penulis peraih berbagai macam penghargaan itu. Penulis yang telah menyentuh banyak hati pembacanya, yang mungkin seumur hidup tidak pernah ia jumpa. Betapa beruntungnya!

Buku ini berisi empat belas catatan dengan beragam kisah yang menggetarkan. Ditulis bersama dengan empat orang wanita peserta pilihan Asma Nadia Writing Workshop. Kisah-kisah di dalamnya adalah nyata dan dituliskan secara apik dan dengan sukses dapat mengaduk-aduk emosi pembaca. Kisah tentang sejumlah wanita yang menghadapi lika-liku rumah tangga yang ternyata (ehem!) tidak selamanya indah. Ya, saya ulangi; tidak selamanya indah.

Seorang wanita dikisahkan memiliki suami yang bukan hanya selingkuh secara terang-terangan, tapi juga menghambur-hamburkan uang jerih payah istrinya lalu meninggalkan banyak hutang. Saya sungguh tidak habis pikir, bagaimana si istri kemudian tetap bertahan dalam pernikahan macam itu dan dengan sisa-sisa kekuatan yang ia punya, berusaha melunasi tiap utang yang disebabkan oleh lelaki bejat yang tidak lain adalah pasangan hidupnya. Suami yang tetap ia pertahankan.

Terceritakan pula tentang pasangan kakek-nenek berusia lanjut yang hingga usia senja tetap mesra dan begitu harmonis satu sama lain. Saling menyapa dengan sapaan manis dan bertingkah layaknya pasangan yang baru kemarin saling jatuh cinta. Lalu siapa yang mengira jika ternyata di masa lalu, sang kakek pernah menikah diam-diam tanpa diketahui istrinya saat ia bertugas di sebuah daerah terpencil. Lalu saya kembali terbelalak saat mendapati pernyataan Ene’, nenek yang terus mendampingi suaminya itu; “Jangan-jangan...Menikahnya Aki dengan gadis kubu itu adalah cara Allah mengabulkan doa, menjaga suami Ene’ dari maksiat, atau supaya suami Ene’ ada yang merawat nun jauh di hutan sana..”

Kisah tentang Aba Agil juga masih saya ingat. Tentang seorang lelaki dengan status sosial yang menjanjikan, namun kemudian didahului oleh sang istri untuk menghadap Allah. Lalu mengapa ia suatu hari begitu marah pada seorang anaknya? Hmm..., ternyata ia tidak dapat menerima usulan sang anak agar ayahnya mencari wanita lain. Di hatinya hanya ada Ibu yang telah teramat baik sebagai seorang istri, dan demikianlah ia menunjukkan cinta kepada kekasihnya yang telah pergi. Tetap memilih sendiri, meski ia sangat mungkin untuk menikah lagi, bahkan saat sang istri masih hidup sekalipun.

Cerita yang menyentak saya juga ada dalam bagian “Suami yang Menyebabkanku di Sini”. Kisah tentang seorang istri yang belakangan mendapati suaminya gemar menghabiskan waktu di lokalisasi pelacuran. Sang suami kemudian meninggalkan istri dan anak-anaknya lalu menyisakan beban ekonomi di pundak wanita itu. Maka, akhirnya sang istri harus menafkahi anak-anaknya dengan mencari rejeki di tempat yang dulu sering dikunjungi suaminya itu. Miris sekali...

Maka rangkaian kisah dalam buku ini menunjukkan pada saya satu hal; betapa luar biasa seorang wanita. Tak heran jika Nabi Adam Alaihissalam tetap merasa kurang meski di surga tempat ia tinggal. Ia meminta diciptakannya Hawa; seorang pasangan untuk membersamainya, melengkapinya.

Lalu ketangguhan para pelakon kisah ini menjadi teramat lengkap sebab ia adalah sebuah kisah nyata yang benar adanya. Ketegaran mereka untuk berdamai dengan perasaan, menghadapi kenyataan hidup yang pahit, bahkan memutuskan hal-hal yang berat hingga kini selalu membuat saya bertanya; Bagaimana cara mereka menghadapi itu semua? Semoga kelak, saya akan temukan jawabannya.

(Rifa'ahWritingZone, December 3 '11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)