Rabu, 14 Desember 2011

Iya, Kita Semua Lelah!



“Ini mahasiswa... Kalau bukan rusuh di kampusnya, demonstrasi di jalanan! Bikin macet saja!”

Celotehan itu keluar secara spontan dari seorang bapak yang sedang melintasi kampus merah dengan sepeda motornya. Di saat yang bersamaan, beberapa mahasiswa nampak sedang berorasi di jalanan depan kampus mereka. Berteriak-teriak meski tidak terlalu jelas. Menggunakan jaket merah dengan bangga, nampaknya sedang memperingati hari bebas korupsi, kalau tidak salah. Jalanan depan kampus yang dalam kondisi normal saja selalu diwarnai kemacetan, kini bertambah-tambah dengan aksi para mahasiswa tersebut. Dan sebab mereka tidak pernah memperkenalkan diri pribadi pada masyarakat, maka para pengguna jalan pun memukul rata para pelaku demo tersebut dengan menyebutnya sebagai mahasiswa secara umum.

Baiklah, saya juga mahasiswa.

Dan hal itulah yang membuat saya merasa perlu untuk membuat tulisan ini.

Masalah korupsi itu, Kawan... Entah sejak kapan kita mulai menganggapnya sebagai kata yang senantiasa berulang. Sebuah kata yang sangat lekat pada kehidupan kita dan sering kita lekatkan pada banyak hal. Dan tentang korupsi para pejabat-pejabat itu, dari dulu pun kita selalu tidak habis pikir mengapa mereka yang bergelimang harta masih merasa perlu untuk korupsi? Entahlah. Yang kita tahu, bahwa yang mereka korupsi adalah uang rakyat, uang kita. Uang yang seharusnya digunakan untuk menekan jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, uang yang sepatutnya dialokasikan untuk tujuan pendidikan yang lebih baik dan kesehatan menentramkan. Dan bahwa kasus-kasus semisal itu selalu saja terjadi, terungkap, heboh, lalu kemudian menghilang dan tidak begitu jelas pertanggungjawabannya; Ya, kita semua tentu telah lelah dengan itu semua!

Kemudian, kita mencoba mengungkapkannya dengan cara kita masing-masing, media kita masing-masing. Sayangnya, segelintir teman-teman mahasiswa merasa mendemonstrasikannya dengan turun ke jalan, menutup sebagain atau bahkan seluruh badan jalan yang juga merupakan sarana umum, kadang diwarnai dengan aksi bakar ban yang semakin memperparah kondisi jalan yang sudah bopeng disana-sini, atau juga dengan sandera-sanderaan kendaraan lain yang melintas, lalu berkoar-koar dengan pengeras suara tentang keadilan yang penderitaan rakyat... Hey! Sebenarnya, apa yang sedang kalian perjuangkan?

Tengoklah tampang para penumpang angkot yang telah lelah bekerja seharian, atau bahkan ada yang sedang tergesa menuju tempat kerjanya, namun menjadi terhambat langkahnya karena demo-demoan itu? Ataupun setoran para supir yang menurun drastis karena harus terjebak macet. Atau mungkin begitu banyak orang yang harus rela menghabiskan waktunya dengan percuma karena sebuah alasan kalian yang menjadi begitu ironi; Atas nama rakyat. Tapi, rakyat yang mana?

Ya, kita pun semua lelah dengan kenyataan negeri kita. Dengan pemimpin kita yang selalu kita rindukan realisasi janji manisnya. Tapi, ah... Itu bukanlah alasan untuk mengganggu kehidupan orang lain yang sejak awal sudah susah. Ya, kita semua lelah. Tapi itu bukan alasan untuk membakar ban di tengah jalan, apalagi untuk bakar diri di depan istana. Kita lihat saja nanti, apa yang sedang kita tebus dengan harga mahal itu –bahkan dengan nyawa; Negeri ini, menjadi semakin baikkah?

gambar:http://blog.umy.ac.id/choirul/files/2010/11/hdhh.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)