Minggu, 04 Desember 2011

Saat Harus Memilih


Baiklah. Anggap saja ini tulisan suka-suka, untuk menemani langit yang seharian mendung dan hujan yang selalu turun. Haruslah ada tulisan untuk hujan kali ini..., begitu seorang kawan berkata.

Saya teringat saat seorang senior terperanjat saat saya dan seorang kawan sefakultas membantu pengurusan tetek-bengek bukti penyerahan skripsi seorang senior lain yang sudah lamaaaaaa sekali lulusnya. Yah, beliau telah lulus bertahun lalu, namun kemudian baru sempat memikirkan tentang penyerahan skripsi itu. Itupun dengan mengamanahkannya kepada kami, junior yang terpaut bertahun lamanya dengan angkatannya. Ia memang sekarang sedang sibuk dengan urusan rumah tangga dan urusan-urusan lain yang sebenarnya nampak sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan tempat ia menimba ilmu selama bertahun-tahun di kampus.

"Berarti kakak itu belum mengambil ijazahnya sampai sekarang?" tanya senior yang kaget tadi, kepada kami. Kami berdua hanya mengangguk. Kami kemudian menjelaskan bahwa beliau mungkin memang tidak sangat membutuhkan ijazah itu, sehingga tidak menjadi prioritas baginya untuk segera mengurusnya. Bahwa beliau sekarang sedang berkutat dengan hal-hal lain yang telah ia jadikan pilihan hidup. Ya, pilihan hidup.

"Hmm...saya juga sepertinya harus segera menentukan pilihan hidup. Menentukan apa yang akan saya lakukan setelah ini... Ya khan?" ujar senior tadi setelah sempat termenung beberapa saat, lalu ia berlalu. Saya hanya menatap punggungnya yang menjauh. Pikiran saya ikut melayang. Ya, saya juga harus menentukan pilihan hidup...

Berada di fase ini, berbagai macam opsi memang begitu mudah datang. Baik itu berupa kesempatan yang terlihat secara personal, maupun tawaran-tawaran pilihan dari orang lain. Terutama dari kedua orang tua yang pastinya merasa ikut bertanggungjawab atas masa depan anaknya. Walau terkadang, bahkan seringnya, apa yang diinginkan oleh keduanya tidak begitu match dengan apa yang seorang anak inginkan. Namun, pada akhirnya, kita tahu, sebesar apapun seseorang terpengaruh atas pilihan orang lain, keputusan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang paling penting dari itu adalah, menjalani keputusannya itu dengan tanggungjawab penuh, tanpa pernah ada pikiran untuk mengkambinghitamkan siapapun jika ternyata yang ia jalani tidak begitu mulus. Hmm..begitu mudah menuliskan ini, namun betapa berat aplikasinya, bukan?

Suatu sore dalam perjalanan pulang, seorang kakak bertanya pada saya tentang masa depan. Tentang apa rencana saya setelah melewati sebuah fase yang kini telah terlewati. Berbagai opsi ia sebutkan sebagai tebakan atas apa yang mungkin akan saya pilih. Selanjutnya, kami berbincang-bincang tentang banyak hal, terutama tentang pengalaman hidupnya yang tentu lebih kompleks dari saya.

Setelah sampai di rumah, saya mulai berpikir. Ya, sepertinya memang begitu banyak hal yang harus selalu kita pertimbangkan. Selalunya, kita tidak boleh egois dengan diri kita sendiri, bahwa bahkan atas hidup kita secara pribadi, ada bagian-bagian yang akan sangat berhubungan dengan orang lain di sekeliling kita, dengan ummat. Dan tiap pilihan yang kita ambil akan turut mempengaruhi mereka, sedikit atau banyak. Saya mulai merenda-renda pikiran dan masih terus mencari formula terbaik untuk hidup saya sendiri. Tidak sekadar membuatnya mengalir seperti air. Sebab kata seorang guru, air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Sedangkan kita, selalu ingin adanya peningkatan dalam hidup; hari yang lebih baik dari kemarinnya.

Maka setelah perbincangan sore itu, malamnya saya mengirimkan sebuah pesan singkat kepada kakak tadi. Pesan yang sangat personal dan berbeda dengan sms-sms tentang urusan-urusan yang biasa saya kirimkan kepadanya. Saya mengabarkannya, betapa setelah perbincangan tadi, saya mulai menelaah kembali peta hidup saya sendiri, dan atas itu, saya berterima kasih.Tak lama setelah itu, kakak tadi membalasnya, dan pesannya itu tidak akan pernah saya lupa;

Apapun keputusanmu, Dina. Janganlah seperti saya. Jangan mengkhianati mimpimu sendiri.

(Kamar Indy, December 4 '11)
gambar: deviantart.com

1 komentar:

  1. hehe saya suka endingnya k'. jangan menghianati mimpi mu sendiri.

    btw lokasinya kamar indy hehehe =="

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)