Jumat, 16 Maret 2012

*catatan di sela waktu tidur*


Jika kemarin saya membuat puisi sebelum tidur *kebiasaan yang aneh*, maka kali ini saya ingin menulis (lagi) diantara waktu tidur. Ya, setelah terlelap tadi, lalu terbangun karena perut yang meminta haknya, saya kemudian kembali ke pembaringan sambil mengaktifkan fitur operamini di ponsel. Berselancar via mobile, berharap dapat menuai kantuk berikutnya dari sana *sekali lagi, kebiasaan aneh, kebiasaan buruk*. Ternyata, saya malah makin tidak ngantuk. Saya malah menyalakan laptop yang tadi sudah hibernate, melanjutkan download-an video kisah-kisah manusia terdahulu, kemudian nanti menyaksikan dan mendengarkannya dengan mata berkaca-kaca. Hati ini gerimis berpadu rindu...



Sambil melakukan itu, saya menuliskan note ini. Tadi, sewaktu ngenet lewat hape, saya mencoba melakukan apa yang saya namakan dengan 'note-walking'; semacam kegiatan membaca-baca note kawan-kawan di FB. Mengobrak-abrik koleksi tulisan mereka. Takjub. Haru. Bahagia. Galau. Risau. *jiah..* semua bercampur aduk menjadi satu demi membaca note-note yang beraneka rupa tersebut. Menyenangkan. Ya, menyenangkan rasanya dapat menyelami pikiran seseorang lewat apa yang dituliskannya. Menemukan sudut pandang baru dari apa yang selama ini kita lihat dari satu sisi saja. Semacam proses transfer nilai yang hening; tanpa suara-suara yang mengganggu, tanpa mimik wajah yang mengintervensi, dan tanpa sorot mata yang mungkin membuat keki *jiah lagi...*



"Don't judge people from his/her note"

Itu yang selalu saya ingatkan pada diri sendiri setiap membaca tulisan orang lain. Bahwa tulisan bisa menjadi transformasi dari seseorang; ya, mungkin itu benar. Jika mata adalah jendela jiwa, tulisan mungkin bisa kita sebut sebagai ventilasinya, atau cerobong asapnya, atau kisi-kisi lubanga anginnya, atau bahkan pintunya? Entahlah, tapi memang tidak menjadi adil untuk menilai seseorang dari satu sisi saja. Apalagi dari tulisannya saja. Beberapa orang yang menyukai tulisan saya *'beberapa' bukan berarti banyak, yah...hiks..* mungkin tidak akan menjadi otomatis menjadi nyaman untuk bersosialisasi dengan saya di dunia nyata. Ya, sebab tulisan memang hanyalah satu sisi dari begitu banyak bagian dalam diri seseorang. Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu mengajarkan kepada kita untuk mengenal seseorang setelah pernah berbisnis dengannya, bersafar (berpergian jauh) dengannya, dan menginap bersama dengannya.



Tapi, saya selalu senang membaca tulisan orang lain. Apalagi yang terpampang dengan ikhlas (baca: gratis) di dunia maya. Tanpa tendensi apapun, sederhana, namun mengikat makna. Apalagi, jika tulisan itu sarat akan manfaat. Baru-baru ini beredar reminder di dunia FB tentang bagaimana 'nasib' akun FB kita selepas kita meninggal dunia. Jika di sana kita meninggalkan banyak kesalahan, semisal pajangan foto tanpa penutup aurat yang benar, maka bisa jadi ia menjadi suatu sumber yang membuat kita celaka di 'sana'. Tapi saya pikir sebaliknya, jika yang kita tinggalkan di akun kita adalah hal-hal penuh manfaat, yang dapat diakses oleh semua orang bahkan saat kita tiada, semoga ia bisa terhitung sebagai ilmu yang bermanfaat; satu dari tiga amalan yang tetap mengalir pahalanya, meski kita tidak lagi hidup di dunia.



Tiba-tiba pikiran saya bertanya;

Kawan, apakah selepas saya tiada, kalian akan merindukan tulisan-tulisan saya? Hehehe... Tetaplah berkunjung sesekali, yah. Ambillah manfaat dari apa-apa yang bisa mendatangkan kebaikan. Semoga dengannya, kelak, jalan kita akan dimudahkan. :D

pic by Rifa'ah; lilin elektronik yg dibelikan bapak dalam sebuah perjalanan. katanya, bisa padam dengan tepukan tangan, ternyata tidak. *eh,malahcurhat.. -__-"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)