Rabu, 13 April 2011

Anak Tangga


Hmm...

Nanti akan datang suatu masa, dimana kau akan berdiri di hadapan Ibunda dengan bangga. Bukan, bukan karena kau telah bertoga dan sebentar lagi menambah huruf-huruf baru di deret namamu. Namun, sebab kau dapat membawa suatu hal yang mungkin abstrak, namun terasa manis. Saat tatap matamu bersatu dengan sorot matanya, lalu biarlah suasana yang berkata,

"Inilah hasilnya, Bu. Dan tidak sedikit pun kuraih ini dengan cara-cara curang. Mungkin, tidak sebaik pencapaian temanku itu. Tapi, semoga ia menjadi berkah, hingga manfaatnya dapat mudahkan aku kembali ke tempat yang lebih indah"

Insya Allah..
*amiin..(siapapun yang baca, diaminkan yah.. ^_^)

Bukankah tidak mengapa jika kita mulai bermimpi. Sejenak saja, untuk mengumpulkan kekuatan kembali. Tapi hari esok akan kembali datang, meski ia memang tidak pernah berjanji. Menunggu langkah-langkah kita untuk menyusuri. Menunggu derap-derap kita untuk mencapai puncak tertinggi.

"Inilah anak-anak tangga yang dikutuk bertahun-tahun.." ucapku sambil menggapai lantai empat dengan sisa-sisa napas.

Tapi di kali lain, saat aku (kurang kerjaan) menghitung jumlah mereka; tujuh puluh dua anak tangga. Ada yang tiba-tiba nyeletuk bertanya di nurani; "Mengapa kita harus kuat untuk mendaki tangga-tangga ini?"

Dan sesuatu menjawabnya dengan lembut, "Mungkin, sebab hidup dengan impian yang tinggi, juga harus diwarnai dengan napas tersengal untuk mencapai tingkatnya yang paling atas. Teruskan. Teruskan pendakianmu."

Ya, hingga napas ini terhenti.

(ada tanya yang sayup-sayup terdengar: "Kapan sarjana...?"
"Hmm.., bolehkah kujawab dengan senyuman (dan ada azzam dalam dada, dan ada semangat yang akan mengalir di tiap inchi anggota badan; untuk kembali berjuang!)


Makassar, 13 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)