Selasa, 19 April 2011

Indy; Masagena's Child


Tulisan ini didedikasikan untuk my lovely sister (err…. >_<) Indy Trini Humaera dan orang-orang yang mengenalnya. Selamat membaca.



Diantara deadline amanah tulisan yang terbatasi oleh TOR dan jumlah halaman, serta tugas melanjutkan skripsweet yang tak juga terjamah, saya ingin mencoba refreshing dengan membuat tulisan ‘suka-suka’ dengan style yang (agak) lebay dan jenaka. *Halah* Sik asyiik…



Ini tentang adik perempuan saya satu-satunya. Namanya Indy Trini Humaera. Oleh ibu saya, nama si Indy ini diambil dari bahasa Arab. Indy (dengan huruf ‘I’ pertama yang dalam abjad hijaiyah diwakili oleh huruf ‘ain, temannya gho) berarti ‘kepunyaan’. Frase Trini mewakili keberadaannya sebagai anak ‘ketiga’. Dan kata Humaera (saya pikir seharusnya ditranselerasikan ke bahasa Indonesia menjadi Humaira, yah?) diambil dari panggilan sayang Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam pada istrinya ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma yang berarti ‘yang kemerah-merahan’. Konon, saat baru lahir, kulit adik saya ini putih kemerah-merahan (Indy, saya tahu itu adalah salah satu memori masa lalu yang paling indah untukmu. :p)



Baiklah.



Diantara tiga bersaudara, Indy memiliki karakter yang agak beda dengan saya dan kakak lelaki kami yang sulung. Hmm…, saya dan kakak lelaki saya cenderung punya beberapa kesamaan. Beda dengan Indy yang lebih easy-going, santai, syalala-girl, dan senantiasa dirundung keberuntungan.



Ya, keberuntungan!



Saya bahkan khawatir terjadi pengkultusan atas fenomena keberuntungan Indy yang mulai tercium ganjil (halah). Yah, Indy pernah memenangkan sebuah sepeda senilai jutaan rupiah dalam sebuah undian acara gerak jalan santai di kantor bapak saya. Di tahun berikutnya perhelatan itu kembali digelar, dia kembali ikutan, dan kembali memenangkan uang 50ribu perak. Dalam sebuah kuis di dunia twitter dia juga pernah menang dan dapat kiriman sepaket wafer rasa keju. Dan yang paling naas adalah saat nama saya dan namanya diundi untuk penentuan kamar siapa yang berhak mendapatkan AC yang hanya dianggarkan satu biji oleh ortu kami. Dan dari dua nama itu (nama saya dan namanya), namanyalah yang keluar menjadi pemenang! Baiklah, hidup memang terkadang pahit rasanya! >_<



Di suatu hari saya mencoba mengenyahkan ‘mitos keberuntungan’ Indy dengan kembali mencoba mengundi namanya dan nama saya. Dan setelah dikocok, nama Indy kembali keluar. Dikocok lagi, namanya kembali keluar. Di titik tersebut, saya mulai curiga, Indy telah mencuri sebagian keberuntungan dalam hidup saya. (Bagian yang ini jelas ngaconya. Sidang pembaca yang budiman, saya masih percaya pada takdir. Indy, tunggu pembalasan saya! *lho?)



Satu hal yang menarik dalam hidup Indy adalah salah satu episode hidupnya dimana dirinya pernah dititipkan di sebuah panti asuhan (eh, salah), maksud saya tempat penitipan anak di ; daerah Hertasning. Tempat itu bernama; MASAGENA. Saat itu, konon, Ibu sedang sibuk-sibuknya mengajar sebagai dosen, maka dititipkanlah dia di sana (Kasihan kau, dik :p). Indy berkisah, bahwa di pagi hari saat ia datang ke tempat itu, maka para pengasuhnya akan mengajaknya minum susu dan bubur kacang ijo. Setelah itu, mereka (anak-anak yang dititipkan itu) akan terlelap dan tidur pulas (saya curiga, para pengasuh itu memasukkan semacam antihistamin dalam buburnya, hehehe…kidding..~~~). Ada juga cerita bahwa bagi anak yang tidak mau tidur siang, akan dicekoki matanya dengan cabe rawit (katanya diucapkan dengan nada bercanda, sih), maka anak-anak itupun akan mengatupkan matanya kuat-kuat (sekali lagi, kasih sekali kau, dik :p).



Satu cerita yang cukup menarik dari MASAGENA ini adalah, bahwa setelah dijemput pulang di sore hari (dengan rambut rapi bau switzal), Indy selalu bercerita tentang seorang temannya di MASAGENA yang bernama CUPI. Sekali lagi, namanya CUPI. Hingga tulisan ini dibuat, kami tidak pernah benar-benar tahu siapa CUPI sebenarnya. Apakah ia nyata, ataukah hanya teman imajiner Indy belaka. Entahlah, sosoknya masih berupa misteri yang tak terkuakkan. Tapi, satu pesan dari Indy buat CUPI, dimana pun ia berada:



“Guweh gak peduli Loh nyata atau engga’, yang jelas Loh harus tau, Pi’. Kalo guweh masing ingat sama Loh, dan Guweh baik-baik ajah dalam hidup Guweh, dan Guweh gak akan lupa Loh, dan Loh juga’ Guwe harap gak akan lupa Guweh.”



Ya, Indy memang agak gaul.



Dan seiring dengan perkembangan jaman dan perjalanan waktu. Indy yang tadinya adalah anak tengil dan hanya sebahu saya, kini tumbuh dan berkembang hingga tinggi dan lebarnya melebihi saya dengan sukses dan tragisnya. Awalnya, saya menganggap ini adalah nestapa yang tak tertanggungkan. Namun, akhirnya saya sadar, bahwa ada pula hikmah dari segala peristiwa yang tertakdir tersebut. Buktinya, tiap ketemu orang yang baru kami temui lagi setelah beberapa lama (misalnya teman-teman bapak atau ibu), mereka kerap kali bertanya, “Ini yang kakak mana yang adik mana, yah?”. Dan saya akan tersenyum (sok imut) penuh kemenangan. Dan Indy akan merengut dan menyeringai kepada saya. Hidup pun terasa indah.



*Tulisan ini telah melalui proses persetujuan kepada objek (penderitanya). Semoga menyenangkan. Selamat menjalani hari-hari Anda, demikian reportase saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)