Selasa, 13 Agustus 2013

Pulang, Lalu Berangkat

Katanya, hidup adalah serangkaian perjalanan. Dalam masa-masa emas, saat segalanya ada di puncak; tenaga, pemikiran, semangat, kita bisa menjadi begitu sibuk untuk pergi kemana saja. Mendaki berbagai puncak. Mengejar berbagai mimpi. Pergi ke sana kemari. 


Tanyakanlah makna 'pulang' pada mereka yang sedang di rantau. Maka mungkin mereka akan menjawabnya dengan bola mata yang tersaput rindu. Begitu terenyuh oleh penjelasannya sendiri. Maka memang, terkadang rutinitas dapat melunturkan pengertian kita. Saat secara fisik, kita nampak selalu pulang ke rumah. Padahal, sebenarnya hanya sekadar singgah. Saat secara fisik, kita selalu kembali, namun nyatanya; tanpa hati. Sebab pikiran kita tetap berkelana kesana kemari. Rumah, akhirnya hanya sebagai tempat melepaskan lelah. Mengatupkan mata sejenak, untuk kembali keluar darinya. Keluar, untuk benar-benar mengejar apa yang kita sebut kehidupan. 

Maka mungkin tak mengapa kita benar-benar pulang. Benar-benar menemui ibu dan ayah yang juga ikut menua. Menengok kembali tiap sudut rumah yang menjadi saksi bisu betapa kita terus tumbuh dan berkembang. Dari hari ke hari. Hingga semakin menjauh dari bangunan itu. Mungkin, hingga suatu hari memutuskan untuk meninggalkannya. Pulang, adalah saat raga dan hati kita benar-benar kembali. Menemui apa yang telah kita tinggalkan. Memberi spasi kepada diri untuk kembali menemukan kekuatan. Sebab, atas alasan itulah sebuah rumah didirikan. 

Pada saat pulang, mungkin disanalah justru kita bisa menemukan makna perjalanan. Mempertanyakan kembali apa yang sebenarnya kita cari, apa yang kita tuju. Untuk apa setiap langkah diayunkan. Apa tujuan dari setiap jarak yang telah kita lewati. Adakah semua akan berarti, saat tiba hari dimana tiada penolong lagi?

Lalu saat jawaban itu menemukan terangnya, kita tentu lebih mudah memutuskan; apakah akan meneruskan langkah, menghentikannya, atau mencari jalan yang lainnya. Saat jawaban telah ditemukan, kita bisa kembali menyusun hari depan, apa yang kita sebut sebagai rencana. 

Masa pulang, mungkin juga merupakan masa menunggu. Penantian atas segala sesuatu. Tapi, jika yang ditunggu untuk turut menentukan rencana masa depan justru tak kunjung muncul, maka mungkin itu adalah sebuah pertanda, bahwa harus kembali segera dilanjutkan langkah. Mari, kita berangkat saja. 

Makassar, 13 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)