Selasa, 02 April 2013

Catatan Sebelum Tidur

Ada hal-hal yang kita ketahui, tanpa diketahui orang lain bahwa kita mengetahuinya.
Begitupun sebaliknya. 




Pernahkah merasa ingin mencoba mencicipi kehidupan orang lain? Ingin hidup dengan takdir yang sama sekali berbeda, mungkin dengan takdir yang kita anggap lebih baik dari yang kita alami sekarang. Beberapa orang mungkin pernah merasakannya. Tapi, mungkin pula beberapa orang tidak pernah berpikir demikian. 

Ya, memang kemungkinan ada orang-orang yang benar-benar telah merasa nyaman dengan kehidupannya. Menganggap hidupnya telah sempurna, sehingga tidak lagi merasa perlu untuk berubah menjadi siapapun. 

Namun, ada pula yang terkadang merasa selalu ada yang kurang. Dalam hal ini, masalah kurang-dan-cukup tidak selalu berada dalam konteks nominal, bukan hanya sekadar perkara kuantitas. Tapi, lebih mengarah ke kecenderungan hati. 

Nasihat agama, juga norma dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan kita, telah lebih dari cukup mengajarkan tentang makna dan pentingnya kesyukuran. Pun begitu mudah untuk mengucapkannya. Namun ternyata tidak selalu berbanding lurus dalam penerapannya. Mungkin, sebab manusia memang tempatnya salah dan lupa, sehingga seringkali masalah yang satu ini terluput pula.

Ya, terluput bahkan meski kita telah tinggal di kediaman yang nyaman. Meski kita tidak pernah risau apakah besok masih bisa makan? Meski kita tidak lagi khawatir tentang pakaian layak yang akan kita kenakan. Sekali lagi, agaknya kesyukuran itu berkaitan dengan hati. Sejalan dengan selera dan kepuasan batin. 

Banyak orang yang berkata, agar kita harus menjadi orang yang tidak cepat puas. Sebab hal itu akan membuat kita menjadi berhenti di satu titik dan tidak lagi mengusahakan hal-hal yang lebih untuk dapat terus meraih puncak. Namun agaknya hal ini menjadi begitu tipis batasnya dengan masalah kesyukuran tadi. 

Apakah memiliki mimpi yang tinggi selalu berarti bahwa kita tidak boleh bersyukur? Apakah jika kita telah bersyukur, bermakna bahwa kita tidak boleh berikhtiar untuk pencapaian yang lebih tinggi lagi? Nah, tentu kita akan menemukan perbedaannya. Sebab ini masalah niatan, maka semuanya kembali kepada seberapa dalam kita dapat benar-benar memahami apa yang terlintas di hati. Seberapa kenal kita dengan diri sendiri. Ah, jangan-jangan justru yang paling kita tidak kenali adalah diri kita sendiri? 

Termasuk saat orang lain beranggapan buruk tentang kita. Jangan buru-buru melengos dan mencemberutkan wajah! Kembali tengok lagi kedalam diri. Hmm..jangan-jangan justru lebih banyak keburukan yang masih Allah tutupi...

Apalagi saat ekspektasi orang lain ternyata begitu tinggi, dengan prasangka baik ditunjukkan secara terang-terangan. Sehingga membuat diri kita menjadi sangat dihargai dan merasa begitu bermanfaat. Kembalilah berhati-hati dalam menata hati. Aih, jangan-jangan mereka bersikap begitu justru sebab mereka belum benar-benar mengenali diri ini...

(Tentang hal-hal tersebut, tentu yang menulis catatan inilah yang paling perlu untuk belajar lebih banyak lagi!)

Ya, agaknya dalam hidup ini, segala hal akan dipergilirkan, datang silih berganti. Dan hanya orang-orang dengan pegangan yang kuatlah yang terhindari dari terhempas, dibawa oleh arus. Orang-orang itu, mungkin tidak akan selalu terlihat tertawa dan bergembira. Sesekali, ada kalanya mereka akan meneteskan air mata. Namun mereka tahu, bahwa suatu hari, tangis itu akan mereka kenang sebagai awal dari sebuah kebahagiaan.

Wallahu a'lam

Makassar, 2 April 2013
#note2myself

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)