Kamis, 04 April 2013

Apakah Bahagia?


Sebab bisa jadi, kita akan bahagia dengan cara yang tidak pernah kita rencanakan

Perempuan itu, selalu nampak tenang. Senyuman tidak pernah mahal tersungging dari bibirnya. Ia pun punya otak yang cerdas dan tutur kata yang sopan. Mungkin, ia tipe orang yang memang mudah untuk dikagumi, untuk disayangi.


Lalu waktu bekerja dengan caranya sendiri. Mungkin, tidak pernah terpikirkan oleh dirinya bahwa episode selanjutnya dalam hidupnya akan terjadi seperti itu. Tiba-tiba saja, sebuah wacana mengemuka ditengah keluarga terdekatnya, tidak beberapa lama setelah ia menuntaskan satu fase pendidikan formal. Ayah dan ibunya menyetujui sebuah perkara yang begitu penting, tanpa merasa penting untuk mendengarkan pendapatnya.

Ini tentang semacam perjanjian antar dua keluarga. Entahlah, mungkin hanya diawali oleh canda-candaan, namun ternyata berubah menjadi keseriusan. Ini tentang seorang pemuda yang disebut-sebut akan sangat cocok jika disandingkan dengan seorang saudara perempuannya. Tapi, apa mau dikata. Jika ternyata sang saudara perempuan ini ternyata sama sekali tidak menerima hal-hal semacam polemik jaman Siti Nurbaya itu. Sang saudara perempuan dengan tegas menolak, lalu dengan lincah membuat keadaan menjadi berbalik.


Tenang saja, jika tidak jadi dengan anak saya yang itu, saya masih punya seorang anak perempuan lagi, yang ini bahkan lebih baik dari yang sebelumnya”, begitu kira-kira ucapan sang Ibu.


Maka jelas saja, hal itu mengguncang hari-harinya. Bukan, bukan pemuda seperti itu yang ia inginkan. Bukan, bukan kabar gembira macam ini yang ia impikan. Bukan, bukan seperti ini yang selalu ia rencanakan tentang masa depannya! Tapi bumi terlanjur berubah menjadi sempit. Ia merasa ingin segera lari saja. Ada rumah seorang sahabatnya yang dahulu dengan nada bercanda ia sebut sebagai ‘tempat pelarian yang pas’, dan rasanya ia benar-benar ingin segera lari ke sana. Tapi berbagai ancaman mengemuka. Membuat gejolak penolakan hanya bisa terhenti pada bulir-bulir air matanya. 


Tapi, bukankah baru disebut takdir jika ia sudah benar-benar terjadi?
Dengan segala sisa-sisa keberanian dan kesempatan yang ia punya, ia tidak bisa berbuat banyak. Jika kedua keluarga besar yang telah bersepakat itu tidak dapat lagi diganggu-gugat, maka ia harus langsung bicara pada pemuda itu. Dan pembicaraan itupun menjadi sedemikian aneh, saat lewat kabel telepon, kepada sang pemuda ia justru bertanya; “Jelaskan kepada saya pembagian tauhid!”


Namun ternyata, memang tidak semua perjuangan akan berakhir dengan kemenangan. Pada satu titik, ia merasa tidak lagi dapat berbuat apa-apa. Ia tahu betul, ada banyak orang yang akan kecewa di luar sana. Ia pun tahu, bahwa orang-orang akan menganggapnya gagal, menganggap apa yang selama ini diperjuangkannya menjadi sia-sia. Apa yang selama ini ia bangun dengan susah payah, seketika hancur, runtuh berkeping-keping karena satu peristiwa. Peristiwa singkat, yang sejatinya; berat.

Lalu pada suatu masa, dipalingkannya wajah dari pemuda itu. Dengan mimik yang benar-benar kusut, ia melontarkan nada yang jarang ia suarakan.

“Saya, membenci kamu!”

Pemuda itu diam saja. Hening menggelayuti keduanya, hingga lelaki itu angkat bicara.
“Saya tahu,”, ujarnya, tenang. “Saya tahu itu, tapi saya tetap merasa harus memperjuangkan ini. Justru sebab saya pun tahu, kamu tidak boleh saya lepaskan.”, lanjutnya.

Lalu, akan ada masa dimana dia harus pergi dari tempatnya lahir, dari tempatnya selama ini hidup bertahun-tahun. Mungkin, itulah yang disebut dengan perjumpaan yang menyebabkan lebih banyak perpisahan. Tapi, ia selanjutnya akan mendapati orang-orang di sekelilingnya yang menerima ia apa adanya. Dan ternyata, ada beberapa hal yang tetap tidak berubah. Mungkin, yang kemarin ia anggap hancur, tidaklah benar-benar hancur. Setidaknya, masih ada puing-puing yang akan bisa ia bangun kembali. 

Lalu, apakah ia bahagia? Entahlah. Yang jelas, ada banyak hati yang mendoakan kebaikan untuknya. Banyak hati yang akan selalu ia rindukan, dan ia harap akan merindukannya.

Makassar, 4 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)