Senin, 14 Januari 2013

SEBUAH KONTRIBUSI APRESIATIF TERHADAP KARYA SASTRA ARRIFA’AH



SEBUAH KONTRIBUSI APRESIATIF
TERHADAP KARYA SASTRA ARRIFA’AH*)
Oleh: Hj. Andi Rasdiyanah

I.     Prolog Peminatan
Sebagai seorang peminat sastra Islam yang ingin berpastisipasi dalam pemberian apresiasi terhadap karya sastra ananda Arrifa’ah berjudul: Jeda Sejenak (Kumpulan Essai dan Puisi Renungan), sebaiknya saya awali dengan sebuah prolog peminatan tentang seni, karya sastra, sastra Islam, sastra selangkangan dan sastra profan. Prolog dimaksud merupakan pintu masuk pada proses identifikasi yang dikaitkan dengan identitas  (jati diri) karya sastra Arrifa’ah. Diharapkan pada akhir penyajian data apresiasi dapat terjawab tentang asumsi di kelas mana selayaknya Arrifa’ah di tempatkan sebagai penyair dan sastrawan sesuai dengan data dan kondisi obyektif yang melingkupi karya tulisnya.
Seni sastra adalah bagian dari kesenian substantif yang menyatakan bahwa seni adalah suatu bentuk hasil upaya manusia yang dijelaskan melalui imajimasi, khususnya seni lukis, seni bangunan dan arsitektur, seni sastra, seni musik, seni tari dan sebagainya (Advenced Junior Dictionary).
Seni adalah salah satu wujud dari aktualisasi kehidupan manusia yang fitri. Seni senantiasa berjalan seiring dengan dinamika masyarakat. Semakin dinamis kehidupan suatu masyakarat, semakin dinamis pula kehidupan keseniannya yang senantiasa berkembang dan berubah mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Seni adalah hasil kreativitas artistic masyarakat yang berfungsi sebagai media untuk memenuhi kebutuhan estetika masyarakat itu sendiri. Bahkan dalam kehidupan yang lebih luas, secara empiris dapat di lihat betapa kehadiran seni begitu fungsional dalam kehidupan manusia, baik secara individual sebagai sarana untuk berekspresi, maupun secara social untuk kepentingan yang berkaitan dengan masalah agama, politik, pendidikan dan ekonomi. Dalam kaitan ini diharapkan agar seni sastra berfungsi mencerdaskan, mencerahkan dan mendorong kreativitas manusia dalam tataran sastra religious yang menghadapi sastra profane, termasuk karya sastra Arrifa’ah, kini dan kedepan.
Sastra Islam sudah sejak lama berperan dalam khasanah kesusastraan Indonesia lama (Melayu). Namun ketika masuk abad modernisasi di Indonesia, genre sastra Islam tersebut mulai terpinggiran sejak periode Prof A. Teeuw asal Belanda berperan sebagai kritikus sastra Indonesia modern (tahun 70 an dan 80 an), kesusastraan yang bercorak Islam praktis tidak mendapat tempat. Namun dalam kontek dinamisasi sastra Islam, wacana Islam sempat bergulir yang kemudian masuk dalam pembicaraan sastra sufi dan sempat kembali ke akar, ke sastra Islam. Sejumlah karya sastra yang muncul pada dasawarsa 1970 an itu menunjukkan jati dirinya sebagai sastra Indonesia dengan nafas dan semangat keagamaan (Islam) yang kental.
Perkembangan selanjutnya menurut Maman S. Mahayama dalam (Marwan Sarijo 2008:4), selepas tahun 1970 an itu, semangat jati diri penulis-penulis Islam melempem kembali, digantikan oleh derasnya semangat sastra selangkangan (oleh penulis perempuan) yang karya-karyanya mendapat sambutan dan apresiasi dari sesama sastrawan Komunitas Utan Kayu (KUK) yang sudah dikenal namanya dikalangan publik, tercatat nama Tamara Geraldine, Ayu Utami, dan Djenar Maesa Ayu. Tema-tema tulisannya berkisar pada narasi sekitar kelamin dengan bahasa yang vulgar. Ciri khasnya antara lain senang menampilkan oral seks, mengobral penyebutan alat-alat vital seperti p******a, v****a, p***** dan lain-lain. Genre sastra selangkangan seperti ini dinilai oleh sebagian umat Islam sama bahayanya dengan narkoba bagi para remaja.
Sayyed Hussein Nasr menyatakan bahwa sastra religius adalah sastra yang tidak melulu indoktrinasi melainkan juga mampu menghadirkan subyek atau fungsi yang menyesuaikan inklusivitas esoterisme. Seperti juga pada seni sastra tradisional, yang hadir bukan karena pokok persoalannya, namun lebih pada upaya penyusaiannya dengan hukum kosmik, simbolisme, gayanya yang hereotik dan akhirnya kesesuaian dengan kebenaran kontek.
Dengan memadukan dua hal itu, sastra Islam diharapkan mampu berjalan dengan dinamika macam-macam isu global. Sastra Islam dalam hal ini, tertantang untuk memenangkan secara bijak struktur realitas, yang oleh Nasr dijabarkan dengan tiga prinsip teofani besar, yakni kosmos, manusia dan wahyu. Sastra Islam juga akan berbalik melirik fungsi esoterik, baik pada basis agamanya, maupun basis tradisinya.
Studi sastra Islam bukan semata terletak pada masalah kriteria yang bagus. Pertama-tama terletak pada hasil sastra itu sendiri. Patut dibanggakan karena dalam sejarah sastra itu sendiri terdapat karya-karya yang bermutu, yang dihasilkan oleh pengaruh Islam, termasuk penulis-penulis muda kita. Tampaknya secara apesiatif Jeda Sejenak karya Arrifa’ah dalam semboyan seni sebagai alat dakwah dapat menempati posisi ini.

II.  Orientasi Substantif
Sinergitas profesiomalisme yang signifikan antara saya dengan ananda Arrifa’ah bermuara pada persmaan komitmen kepenyairan yang berkembang pada sejak usia Pendidikan Menengah hingga usia pendidikan tinggi jenjang sarjana, meski dalam periode yang berbeda yaitu antara tahun 1950 an dengan tahun 2008 an mungkin juga sama-sama dinilai oleh dunia sastra sebagai penyair alami, karena tidak didukung oleh pendidikan formal yang linier untuk perkembangannya. Sekedar berbagi pengalaman untuk perbandingan, kiprah saya dibidang ini cukup produktif pada masanya yang ditandai dengan sebaran karya tulis saya mewarnai Pedoman Rakyat Yokyakarta, Gajah Mada Yogyakarta, Panji Masyarakat Jakarta, Basis Yogyakarta, Criterium Yogyakarta, suara Aisyiyah Yogyakarta dan Penyuluh agama Jakarta. Namun satu hal yang tidak boleh ditiru karena keredupan semangat berkarya sastra telah hadir pada diri saya tahun 1970 an ketika saya menjabat sebagai tenaga fungsional dan structural yang mengalihkan semangat kepenyairan saya kepada karya-karya ilmiah (Makalah/buku) karena faktor waktu  yang kurang mendukung.
Pesan akademik saya yang penting untuk anda adalah melanjutkan secara terus menerus komitmen kepenyairan sebagai produser Sastra Islam dengan segala upaya pengembangannya, dalam rangka menghadapi produser sastra Selangkangan. Dari karya sastranya yang berjudul Jeda sejenak (Sebuah kumpulan Essei dan Puisi Renungan) dapat ditemukan kepemilikan anda tentang ilmu-ilmu keislaman yang sangat memadai, meskipun itu diperoleh dari pendidikan non formal bahkan dengan pendidikan otodidak. Mengulangi apa yang dikatakan oleh Shafie Abu Bakar dari Malaysia, bahwa bila menyebut sastra Islam, antara penulis dan tulisannya mempunyai hubungan erat oleh karena apa yang dihasilkan di dalam penulisan tidak lain dari taraf pendidikan, falsafah hidup dan pengaruh lingkungan. Dalam hal ini, ananda Arrifa’ah berada pada lingkungan hidup dan kecendikiaan puncak orang tuanya dalam bidang ilmu-ilmu keislaman.
Pengamatan positif ini sejatinya tidak dianggap keliru kalau saya menggunakannya sebagai paradigma dalam membedah pemikiran religius penulis karya sastra Jeda Sejenak menurut Shafie Abu Bakar di atas.




III.              Materi Apresiasi
Jeda pertama : Derap langkah kesyukuran Judul Bab Jeda Pertama ini tidak menunjukkan visi progresif. Namun setelah ditelusuri judul-judul sub babnya yang terdiri dari judul puisi terdiri dari 7 judul dan judul essai yang terdiri dari 14 judul, terntyata merupakan perpaduan antara visi filosofis sufistik yang epigram-insaniyah dengan visi visioner yang progresif.
A.     Puisi (7 buah)
1.      Puisi pertama, perjalanan
Penulis berpandangan bahwa perjalanan didunia ini menuju akhirat dilakoni oleh manusia dengan kegiatan bermacam-macam. Ada yang menekuni usaha oleh manusia dengan kegiatan dengan kesalehan sosial. Ada yang menekuni masjid dalam rangka kesalehan ibadah (individual). Bahkan anak-anakpun turut menampilkan kenerjanya sesuai levelnya, dengan penuh optimism tanpa beban, karena ketidaktahuan. Dalam perjalanan yang panjang ini, jiwa-jiwa muthmainnah yang terakomodir dalam korider jiwa muthmainnah dimintai kesabarannya menanti arahan Tuhan ke Surga.
2.      Puisi kedua, Sekotak The Di Kursi Taman
Sekotak teh di Kursi Taman merupakan symbol wanita yang ingin dipersunting oleh lelaki yang gelisah karena maksudnya tak sampai oleh kendala pendidikan yang tidak dimilikinya. Pada akhirnya Al-Qur’an menasehatinya untuk menyerahkan kepada Tuhan Yang Maha mengatur perjodohan. Dalam hal ini pertanyaan ditujukan kepada penulis puisi ini mengapa terlalu ketat berpegang kepada konsep kafaah dalam perjodohan dengan criteria kesamaan dalam pendidikan ? visinya juga sufistik ? atau Visioner ? atau epigram-insaniyah ?

3.      Puisi ketiga, Di Persimpangan Jalan
Mawar merah yang dipetik oleh si anak adalah symbol cinta yang dijalani dan atas dasar nasab dan jasa orang tuanya. Cinta ini merupakan milik abadi sang anak tanpa bisa diganggu oleh kekuatan apapun dan perubahan kondisi apapun. Di sisi lain orang tua tetap memberikan arahan berbuat baik, ditujukan kepada sang anak untuk persiapan akhirat (filosofis-sufistik, epigram-insaniyah.
4.      Puisi keempat, Cerita Senja
Cerita senja yang dating dan pergi yang menghasilakan hari esok dalam siklus pengulangan. Itulah lambang kekuasaan rahmat Tuhan kepada hambanya yang manusia tidak mampu mengaturnya sendiri dan manusia tidak diberi hak untuk memadamkan cahaya ilahi dalam genggamannya-Nya (filosofis-sufistik).
5.      Puisi kelima, Senandung Masa Lalu
Pesan yang dikandung adalah ketabahan dalam menghadapi musibah dengan personifikasi Farihah. Meskipun pada dasarnya bervisi ganda yaitu sufistik dan visioner.
6.      Puisi keenam, Bukan Langit Yang Biru
Puisi berbicara tentang alam semesta yang harus diberdayakan oleh manusia secara normal dan optimal, karena alam semesta adalah kehidupan. Sebagaimana Iqbal melantumkan syairnya yang membangunkan kaum muslimin yang sedang tidur, bahwa hidup adalah gerak, bahwa kegiatan adalah baik, bahwa alam semesta adalah proses, dan terdiri dari hal-hal yang tidak statis. Hal ini menunjukkan muatan kefilsafatan sufistik dan visioner sekaligus dari puisi ini.
7.      Puisi ketujuh, Menunggu, Menjaga
Sebuah dermaga penantian adalah symbol terminal seorang gadis yang menekuni cintabnya sebagai fitrah kemanusiaannya. Betapun cinta itu menuntut pelayanannya, namun ia harus ditundukkan dalam konsep penantian. Agama telah mengajarkan agar cinta tidak menghasilkan sesuatu yang kotor.

B.     ESSEI-ESSEI (14 Buah)
1.      Essei pertama, Suatu Pagi Di Atas Angkot
Muatan pesan essei ini adalah pengendalian diri untuk memahami kepentingan orang lain sama dengan memahami kepentingan diri sendiri tanpa memaksakan kehendak untuk diistimewahkan. Keterkaitannya dengan puisi pertama adalah nahwa persiapan dalam perjalanan menuju akhirat setelah kematian adalah memperbanyak amal antara lain dengan menerapkan akhlak mulia seperti ini :

2.      Essei kedua, Episode Hujan
Hujan punya cerita sendiri-sendiri bagi yang mengalaminya apakah manfaat atau kendala.
a.       Orang pertama adalah anak-anak yang memberdayakan hujan untuk mencari rezeki halal dengan jasa payungnya.
b.      Orang kedua adalah sang ayah yang bergegas menghindari hujan dan melindungi bayi yang ikut bersamanya.
c.       Orang ketiga adalah hujan membuat ia mengenang kembali begitu dalam terhadap isteri yang telah mendahuluinya sambil berdo’a untuk berjumpa di akhirat (visi epigram-insaniyah).
3.      Essei ketiga, Nenek Penjual Brownis
Ide yang menjadi muatan esei ini adalah visi progresif yaitu semangat yang tak pernah padam meskipun pelakunya adalah manusia yang berusia lanjut.
4.      Essei keempat, Sore Yang Biru
Visi dari essei ini adalah visi visioner yang menyadarkan bahwa penyakit yang mungkin kita derita tidak ada arti apa-apa dibanding dengan derita orang lain yang lebih parah dan mencegah kecengengan yang sering dialami oleh orang-orang yang tak pandai bersyukur Rasulullah telah mengajarkan pendidikan spiritual dalam sabdanya:
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala kondisi yang dialaminya selalu baik, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapat nikmat ia bersyukur, maka bersyukur itu baik baginya, bila ia menderita kesusahan, ia bersabar, maka bersabar itu baik baginya (HR. Muslim dari Suhaib) (Sufistik-insaniyah).
5.      Essei kelima, Do’amu Tak Terkabul ? Mungkinkah
Seorang mukmin harus meyakini bahwa do’a selalu maqbul kalaupun secara riel tidak terkabul mungkin itu suatu ijabah (perkenan) yang tertunda menuai hikmah atau digantikan dengan ijabah yang lain yang lebih menguntungkan. Kejelasan pesan ini terlihat pada komitmen keberagaman berupa ajaran responsif yaitu hamba merasa bahwa tuhan menjawab kehendak dan keluhannya sesuai firman Tuhan Q.S. Al-Baqarah/2:186 yang artinya :
”Aku akan memperkenankan doanya orang yang berdoa jika ia menyampaikan doanya , dan hendaklah mereka beriman kepadaku” (filosofis-sufistik).
6.      Essei keenam, Kakek Pengemis Di Depan Toko
Mengasihi orang miskin salah satu perilaku ihsan (Q.S. Al-Baqarah ayat 30). Menyeimbangkan antara kesalehan ibadah (pribadi) dengan kesalehan sosial juga salah satu perilaku ihsan (Q.S. Al-Qasas/28;77).
7.      Essei ketujuh, Nostalgia Masa Merah Putih
Masa adalah hak Tuhan yang selalu dipertukarkan bagi setiap hamba-Nya dan setiap orang akan mengalami perkembangan dalam hidupnya yang harus digarap dengan usaha sungguh-sungguh dan tawakkal (visioner).
8.      Essei kedelapan, Adik kecilku, Jujurlah Dalam Hidupmu
Rasulullah mengajarkan bahwa kejujuran menyampaikan pelakunya untuk memperoleh kebaikan dan sesungghnya kebaikan itu akan menyampaikan pelakunya ke surge. Visi essai ini juga adalah visi filosofis-sufistik, epigram-insaniyah.
9.      Essai kesembilan, Aqiqah
Rasulullah mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat yang terbaik bagi sesamanya (epigram-insaniyah).
10.  Essei kesepuluh, Gorengan dan Kehidupan
Salah satu komitmen beragama berdimensi eksperimensial yaitu bagian keberagaman yang bersifat afektif berupa keterlibatan emosial serta mental pada pelaksanaan ajaran agama yaitu konfirmatif  merasakan kehadiran Tuhan pada setiap yang diamatinya (Q.S. al-Baqarah/2:186) jika hambaku bertanya kepadamu tentang aku, sesungguhnya Aku dekat padanya. Visinya juga filosofis-sufistik.

Catatan :
1.      Kontribusi apresiatif hanya sampai pada butir 10 ini atas dasar metode sampling.
2.      Secara holistic esei-esei yang dikembangkan sangat filosofis-sufistik yang diimbangi dengan visi visioner yang progresif dan muatan religinya ko,prehensif holistic.
3.      Bahasa kiasan supaya disederhanakan frekuensi penggunaannya pada karya esei.




IV.              Epilog Peminatan
1.      Materi apresiasi hanya dicukupkan pada Jeda Pertama: Derap langkah Kesyukuran, atas dasar metode sampling. Tampaknya Jeda Kedua: Ada Cinta Untuk Dakwah dan Jeda Ketiga: Dalam Perjalanan Pulang; memiliki pola pemikiran dan tekhnik inteprestasi yang sama. Itu artinya, prinsip konsisten dalam penulisan sangat dijunjung tinggi oleh penulis yang memuat kelayakan untuk di beri apresiasi yang tinggi pula.
2.      Pola penulisan esei masih diharapkan menambah ketaatannya pada pendekatan linguistik dan rambu-rambu tata Bahasa Indonesia yang baku.
3.      Tulisan saya yang panjang ini kiranya dapat berfungsi mutivator bagi karya ananda Arrifa’ah selanjutnya.
4.      Selamat menghadapi peluncuran bukunya, Insya Allah sukses di bawah inayah Allah swt.

Wabillahittaufieq Wa al-Hidayah

Makassar, 6 Nopember 2012
Apresiator


Prof. DR. Hj. Andi Rasdiyanah

*) dibawakan dalam acara Bedah Buku Jeda Sejenak
di LT Fakultas Tarbiyah UIN Makassar, 19 November 2012
  

7 komentar:

  1. Subhanallah,Im always proud of you Dien...

    BalasHapus
  2. alhamdulilLah, segala puji hanya bagi Allah yg hanya atas takdirNya, hanya dgn rahmatNya dpt terwujud segala kebaikan :')

    BalasHapus
  3. beh,,mnasyaAllah dina..keren

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah .. kerennya tawwa Diena. Apresiasi ini, buat sang apresiator itu semacam makalah, untuk karirnya, atau bagaimana?

    Eh, selamat ya Diena, semoga semakin maju dan semakin mantap melangkah :)
    Sukses buat Diena

    BalasHapus
  5. Dibuat dalam rangka beliau jadi pembedah di acara bedah buku ku kak. Iye, aamiin.. Sukses juga buat kita kak :-)

    BalasHapus
  6. salam kenal dik rifa'ah. ini dengan mba ani. bukunya bagus, saya punya. nanti sms ya?ini nomernya: 08562794642

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah. Terima kasih mbak Ani. Semoga bukunya bermanfaat ya :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)