Lelaki itu jelas telah melakukan kesalahan besar. Fatal
sekali. Kehidupan masa lalunya sebagai seorang yang bekerja di bidang pengadaan
bahan bakar gas, ternyata bisa mendatangkan banyak uang. Banyaknya uang
berkombinasi dengan kondisi dimana ia dituntut selalu jauh dari keluarga
ternyata membuatnya gelap mata. Saya tidak bisa mengerti, mengapa ia bisa lupa
pada istri dan tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil, saat ia kemudian
berani-beraninya main perempuan. Perempuan yang berselingkuh dengan suami orang
itu pun –yang inipun saya tidak bisa mengerti; bagaimana bisa seorang perempuan
tega menyakiti perempuan yang lain? akhirnya membawanya pada dunia kelam
penyalahgunaan narkoba.
Maka lengkap sudah.
Tidak ada harta yang tersisa akibat gerogot perempuan nakal
dan obat-obatan terlarang itu. Lalu musibah berikutnya datang ketika sang
lelaki digerebek polisi saat sedang ‘high’. Maka diboyonglah ia dan perempuan
bejat itu ke hotel prodeo. Bertahun lamanya ditahan di sana. Menyisakan malu
yang tak tertanggungkan, dan tiga orang anak yang kehilangan sosok ayah, namun
harus tetap diberi nafkah.
Maka saat itulah sang ibu harus bersusah payah melengkapi
dua sosok sekaligus bagi anak-anaknya. Segala pekerjaan ia tekuni, mulai yang
wajar, hingga yang berbau maskulin, dilakukannya untuk menyambung hidup.,
asalkan halal. Tidak ada pilihan lain.
Bagi mereka, inilah kehidupan keras yang sebenarnya. Anak-anak kecil itu,
dipaksa pula untuk segera merasa dewasa. Dipaksa untuk segera mengerti bahwa
memang hidup tidak mudah. Anak sekecil itu, harus ditinggal pergi oleh sang ibu
yang bekerja diluar. Tanpa pengawasan siapapun kecuali para tetangga yang
sesekali melihat mereka dari daun jendela rumah masing-masing. Mereka memang
bermain, tertawa, menangis seperti anak-anak lain. Namun semuanya tentu akan
terasa berbeda, tanpa ayah. Tanpa ayah mereka.
Suatu hari anak kedua dan ketiga itu ditinggal di rumah –seperti
hari-hari lainnya, hanya berdua saja, sebab kakak pertama mereka pergi sekolah,
juga seperti biasa. Hujan turun mengguyur kota, maka mereka tidak bisa bermain
keluar; berkeliling dengan sepeda bututnya, atau sekadar berdiri di depan rumah
melihat-lihat orang yang lewat. Keduanya hanya duduk termenung di depan teras.
Ah, mereka bahkan belum genap lima tahun! Hanya mereka dan Tuhan yang tahu
apakah perut-perut kecil mereka sudah terisi penuh atau bahkan kelaparan? Hanya
mereka dan Tuhan yang tahu adakah mereka akan ketakutan sekiranya guntur
menyambar? Ibu, ibu mereka sedang mencari nafkah di luar sana, di bawah guyuran
hujan pula.
Awalnya, keduanya nampak tertawa-tawa. Bahagia dengan cara
mereka sendiri; anak kedua itu duduk di tumpukan kayu dan kardus bekas di teras
mereka yang menumpuk tinggi, menggoyang-goyangkan badannya hingga benda itu
seperti terayun-ayun. Si bungsu menatapnya sambil tertawa-tawa. Hingga kemudian,
goyangan itu membuat dirinya kehilangan keseimbangan. Jatuh. Lalu darah
merembes dari betis kecilnya yang kurus. Tawa seketika berubah tangis. Sang
bungsu hanya menatap kakaknya yang menjerit kesakitan, entah mengerti atau
tidak.
Bocah kecil yang terluka itu menangis keras, memegangi
lukanya yang mengeluarkan darah. Tapi tak lama. Masih dengan sesunggukan, ia
lalu masuk ke rumah kecilnya yang tidak pernah rapi, mengambil sehelai kain
yang nampak tak bersih, lalu menutupkan lukanya dengan kain itu. Masih
menangis.
Lalu ia duduk di depan pintu rumah, dengan air mata
berlelehan di pipi, menatap hujan yang masih terus berlanjut. Si kecil juga
ikut masuk, lalu muncul keluar di depan pintu pula sambil menarik sebuah bantal
guling, lalu berbaring di samping kakaknya yang masih meringis dan bersandar di
depan pintu. Keduanya menatap hujan yang masih terus berlanjut. Ah, hanya
mereka dan Tuhan yang tahu, adakah sakit di lutut itu lebih perih dibandingkan
sakitnya kehidupan yang mereka hadapi?
Lelaki macam apa, yang
tega melakukan berbagai kesalahan, dan menyebabkan pilunya hidup anak-anak yang
harusnya ia pertanggungjawabkan?
Hingga hari itu tiba. Hari dimana si lelaki telah
menuntaskan masa tahanannya. Lalu kabarnya pun tiba hingga ke rumah kecil itu.
Sore hingga malam ia bercakap dengan istrinya dan anak-anaknya.
“Nanti kalau ayah
pulang, saya akan dibelikan barbie dan mainan masak-masakan...” ujar bocah
perempuan itu menceritakan percakapannya dengan sang ayah.
“Pantasan dari kemarin
kayaknya berbunga-bunga... Rupanya habis ditelepon toh...” sahut ibu-ibu
tetangga, menggoda perempuan yang bertahun ditinggal suaminya itu. Yang digoda
hanya tersipu malu, menyisakan senyum di sudut bibirnya.
Saat menyaksikan sebuah truk pengangkut tabung gas, ia
bahkan sempat bercerita, “Suami saya dulu
bekerja begitu, uangnya banyak Bahkan hampir semua orang-orang di situ mengenal
saya. Sampai kemudian perempuan nakal itu masuk ke kehidupan kami...”
ujarnya. Ada nada bangga atas pekerjaan suaminya di sana.
Saya tidak bisa
mengerti; mengapa kau bisa mengenang lelaki itu lagi?
Melalui tingkah polah keluarga tersebut, saya mencium adanya
gelagat bahwa mereka akan kembali menerima kedatangan lelaki itu. Saat si
lelaki mendapat perkerjaan kelak, sepertinya mereka akan kembali melanjutkan
hidup seperti keluarga normal lainnya; dengan ayah, ibu, dan anak-anak.
Maka saya tidak bisa
mengerti, mengapa mereka bisa menerima lelaki itu kembali?
“Mungkin dia punya
pemikiran lain. Sakit hati itu pasti, tapi ada anak-anak yang harus tetap
dinafkahi. Dengan adanya suami, hal itu bisa berlangsung dengan lebih baik. Dia
tentu bukan hanya memikirkan dirinya, perasaannya sendiri. Lebih dari itu, ada
anak-anak yang masih panjang masa depannya, yang harus ia jadikan rencana dan
perhitungan untuk melanjutkan hidup”, seorang wanita yang lain menjelaskan
itu pada saya.
Dan, ah.. Entah kapan saya bisa mengerti.
“Mungkin, memang akan
ada hal-hal yang tidak akan bisa kita mengerti,
bahkan hingga kita
mati.“
Ruang Tamu, 31 Desember 2012
Iya. Saya juga orang yang termsuk tidak bisa mengerti hal-hal seperti itu. Perselingkuhan, dan pemakluman atas tindakan perselingkuhan itu. "Kenapa bisa?" Saya juga selalu bertanya beegitu.
BalasHapusSemoga kita tdk termasuk org2 yg diuji dgn ujian itu yah...
Iya. Saya juga orang yang termsuk tidak bisa mengerti hal-hal seperti itu. Perselingkuhan, dan pemakluman atas tindakan perselingkuhan itu. "Kenapa bisa?" Saya juga selalu bertanya beegitu.
BalasHapusSemoga kita tdk termasuk org2 yg diuji dgn ujian itu yah...
Aamin..:')
Hapus