Minggu, 30 Desember 2012

Saya Tidak Bisa Mengerti



Lelaki itu jelas telah melakukan kesalahan besar. Fatal sekali. Kehidupan masa lalunya sebagai seorang yang bekerja di bidang pengadaan bahan bakar gas, ternyata bisa mendatangkan banyak uang. Banyaknya uang berkombinasi dengan kondisi dimana ia dituntut selalu jauh dari keluarga ternyata membuatnya gelap mata. Saya tidak bisa mengerti, mengapa ia bisa lupa pada istri dan tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil, saat ia kemudian berani-beraninya main perempuan. Perempuan yang berselingkuh dengan suami orang itu pun –yang inipun saya tidak bisa mengerti; bagaimana bisa seorang perempuan tega menyakiti perempuan yang lain? akhirnya membawanya pada dunia kelam penyalahgunaan narkoba.

Maka lengkap sudah.

Tidak ada harta yang tersisa akibat gerogot perempuan nakal dan obat-obatan terlarang itu. Lalu musibah berikutnya datang ketika sang lelaki digerebek polisi saat sedang ‘high’. Maka diboyonglah ia dan perempuan bejat itu ke hotel prodeo. Bertahun lamanya ditahan di sana. Menyisakan malu yang tak tertanggungkan, dan tiga orang anak yang kehilangan sosok ayah, namun harus tetap diberi nafkah.

Maka saat itulah sang ibu harus bersusah payah melengkapi dua sosok sekaligus bagi anak-anaknya. Segala pekerjaan ia tekuni, mulai yang wajar, hingga yang berbau maskulin, dilakukannya untuk menyambung hidup., asalkan halal.  Tidak ada pilihan lain. Bagi mereka, inilah kehidupan keras yang sebenarnya. Anak-anak kecil itu, dipaksa pula untuk segera merasa dewasa. Dipaksa untuk segera mengerti bahwa memang hidup tidak mudah. Anak sekecil itu, harus ditinggal pergi oleh sang ibu yang bekerja diluar. Tanpa pengawasan siapapun kecuali para tetangga yang sesekali melihat mereka dari daun jendela rumah masing-masing. Mereka memang bermain, tertawa, menangis seperti anak-anak lain. Namun semuanya tentu akan terasa berbeda, tanpa ayah. Tanpa ayah mereka.

Suatu hari anak kedua dan ketiga itu ditinggal di rumah –seperti hari-hari lainnya, hanya berdua saja, sebab kakak pertama mereka pergi sekolah, juga seperti biasa. Hujan turun mengguyur kota, maka mereka tidak bisa bermain keluar; berkeliling dengan sepeda bututnya, atau sekadar berdiri di depan rumah melihat-lihat orang yang lewat. Keduanya hanya duduk termenung di depan teras. Ah, mereka bahkan belum genap lima tahun! Hanya mereka dan Tuhan yang tahu apakah perut-perut kecil mereka sudah terisi penuh atau bahkan kelaparan? Hanya mereka dan Tuhan yang tahu adakah mereka akan ketakutan sekiranya guntur menyambar? Ibu, ibu mereka sedang mencari nafkah di luar sana, di bawah guyuran hujan pula. 

Awalnya, keduanya nampak tertawa-tawa. Bahagia dengan cara mereka sendiri; anak kedua itu duduk di tumpukan kayu dan kardus bekas di teras mereka yang menumpuk tinggi, menggoyang-goyangkan badannya hingga benda itu seperti terayun-ayun. Si bungsu menatapnya sambil tertawa-tawa. Hingga kemudian, goyangan itu membuat dirinya kehilangan keseimbangan. Jatuh. Lalu darah merembes dari betis kecilnya yang kurus. Tawa seketika berubah tangis. Sang bungsu hanya menatap kakaknya yang menjerit kesakitan, entah mengerti atau tidak.

Bocah kecil yang terluka itu menangis keras, memegangi lukanya yang mengeluarkan darah. Tapi tak lama. Masih dengan sesunggukan, ia lalu masuk ke rumah kecilnya yang tidak pernah rapi, mengambil sehelai kain yang nampak tak bersih, lalu menutupkan lukanya dengan kain itu. Masih menangis.

Lalu ia duduk di depan pintu rumah, dengan air mata berlelehan di pipi, menatap hujan yang masih terus berlanjut. Si kecil juga ikut masuk, lalu muncul keluar di depan pintu pula sambil menarik sebuah bantal guling, lalu berbaring di samping kakaknya yang masih meringis dan bersandar di depan pintu. Keduanya menatap hujan yang masih terus berlanjut. Ah, hanya mereka dan Tuhan yang tahu, adakah sakit di lutut itu lebih perih dibandingkan sakitnya kehidupan yang mereka hadapi?

Lelaki macam apa, yang tega melakukan berbagai kesalahan, dan menyebabkan pilunya hidup anak-anak yang harusnya ia pertanggungjawabkan?

Hingga hari itu tiba. Hari dimana si lelaki telah menuntaskan masa tahanannya. Lalu kabarnya pun tiba hingga ke rumah kecil itu. Sore hingga malam ia bercakap dengan istrinya dan anak-anaknya.

Nanti kalau ayah pulang, saya akan dibelikan barbie dan mainan masak-masakan...” ujar bocah perempuan itu menceritakan percakapannya dengan sang ayah.

Pantasan dari kemarin kayaknya berbunga-bunga... Rupanya habis ditelepon toh...” sahut ibu-ibu tetangga, menggoda perempuan yang bertahun ditinggal suaminya itu. Yang digoda hanya tersipu malu, menyisakan senyum di sudut bibirnya.

Saat menyaksikan sebuah truk pengangkut tabung gas, ia bahkan sempat bercerita, “Suami saya dulu bekerja begitu, uangnya banyak Bahkan hampir semua orang-orang di situ mengenal saya. Sampai kemudian perempuan nakal itu masuk ke kehidupan kami...” ujarnya. Ada nada bangga atas pekerjaan suaminya di sana.

Saya tidak bisa mengerti; mengapa kau bisa mengenang lelaki itu lagi?

Melalui tingkah polah keluarga tersebut, saya mencium adanya gelagat bahwa mereka akan kembali menerima kedatangan lelaki itu. Saat si lelaki mendapat perkerjaan kelak, sepertinya mereka akan kembali melanjutkan hidup seperti keluarga normal lainnya; dengan ayah, ibu, dan anak-anak.

Maka saya tidak bisa mengerti, mengapa mereka bisa menerima lelaki itu kembali?

“Mungkin dia punya pemikiran lain. Sakit hati itu pasti, tapi ada anak-anak yang harus tetap dinafkahi. Dengan adanya suami, hal itu bisa berlangsung dengan lebih baik. Dia tentu bukan hanya memikirkan dirinya, perasaannya sendiri. Lebih dari itu, ada anak-anak yang masih panjang masa depannya, yang harus ia jadikan rencana dan perhitungan untuk melanjutkan hidup”, seorang wanita yang lain menjelaskan itu pada saya.

Dan, ah.. Entah kapan saya bisa mengerti.

“Mungkin, memang akan ada hal-hal yang tidak akan bisa kita mengerti,
bahkan hingga kita mati.“

Ruang Tamu, 31 Desember 2012

3 komentar:

  1. Iya. Saya juga orang yang termsuk tidak bisa mengerti hal-hal seperti itu. Perselingkuhan, dan pemakluman atas tindakan perselingkuhan itu. "Kenapa bisa?" Saya juga selalu bertanya beegitu.

    Semoga kita tdk termasuk org2 yg diuji dgn ujian itu yah...

    BalasHapus
  2. Iya. Saya juga orang yang termsuk tidak bisa mengerti hal-hal seperti itu. Perselingkuhan, dan pemakluman atas tindakan perselingkuhan itu. "Kenapa bisa?" Saya juga selalu bertanya beegitu.

    Semoga kita tdk termasuk org2 yg diuji dgn ujian itu yah...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)