Rabu, 08 Februari 2012

Masa dimana Aku Tidak Harus Melupakanmu


Kau tahu, tiap rintik hujan di pagi hari, selalu mengingatkanku padamu. Juga tentang masa bertahun yang lalu, saat kita masih dapat menatap lekat pada bola mata masing-masing. Jika saja seseorang bertanya kemana aku ingin pergi saat ini? Maka akan kujawab dengan lantang; ke masa itu, masa dimana kita masih berada dalam satu paragraf cerita dalam rangkai takdirNya.

Aku merindukan berdiri di beranda dan menatap lapangan parkir tempat motor-motor berjejeran dengan rapat. Suatu kali, dari sana aku dapat melihatmu berjalan menjauh menuju rumahmu. Dengan sisa-sisa lelah pada raut wajahmu yang selalu nampak tersenyum. Lalu suatu hari aku dikagetkan oleh sapa dari beranda sebelah. Sebuah sapaan yang juga membuatku rindu pada masa itu. Saat aku kemudian segera meninggalkan beranda lalu melepas tawa yang kutahan di sudut bibir.

Aku ingin kembali ke masa itu. Saat tidak terlalu banyak pikiran ruwet di dalam kepalaku. Saat aku dapat dengan nyaman melepaskan rasa ingin tahu dalam sebuah lingkaran cahaya pada senja di hari Jum’at. Saat semuanya terasa sederhana saja. Dalam perjumpaan-perjumpaan kecil seusai sekolah. Saat kita kembali membacakan kisah-kisah orang terdahulu, lalu terharu karenanya. Kemudian kita saling menyeka air mata masing-masing. Bukan hanya dengan jemari, tapi juga dengan hati. Semua itu, kau tahu, terasa hangat sekali.

Lalu waktu pun menunjukkan keberadaannya. Memisahkan kita dengan skenario yang tidak pernah kita duga. Aku masih saja selalu merajut ingatan tentangmu diantara tiap rinai hujan, saat senja menjingga, atau saat malam telah sepi. Lalu segala jenis pergantian waktu itu memang selalu menyadarkan aku bahwa memang akan banyak hal yang berubah. Pelan tapi pasti, mencipta jarak antara kita. Lalu kita pun harus bersabar. Mungkin, seperti sabarnya dedaunan menunggu hujan datang kala kemarau panjang.

Ingin kemana?

Aku sangat ingin kembali menyusuri anak tangga itu. Berderap-derap dengan semangat untuk menuju tempat kita berkumpul bersama. Suatu waktu angin berhembus lebih kencang dengan tiba-tiba dan menerbangkan ujung jilbabku yang segitiga. Kau menyaksikannya dan mengulum senyuman. “Pasangkan saja selotip di ujung jilbabmu, agar ia tidak kembali terbang!” ujarmu di selingi tawa.
Aku pun hanya bisa ikut tersenyum. Lalu tahukah kau? Entah mengapa tiap deret kalimat itu tidak pernah dapat hilang dari ingatanku. Ia selalu menjawab setiap tanya yang sama, siapapun yang melontarkannya.

Ingin kemana?
Ya, aku ingin ke sana. Ke masa dimana aku tidak harus melupakanmu.


postingan ini diikutsertakan dalam GiveAway; Ingin Kemana?


Photobucket

6 komentar:

  1. Itu cowok apa cewek? Hmmm... hihi ^^
    Memang dia ke mana?

    Segera kucatat yaaa...

    BalasHapus
  2. hehehe...
    kalau menurut una gmna?

    iya, silakan dicatat...dimenangin yaah.. *lho? :p

    BalasHapus
  3. kenapa harus ada kata 'lupa'?

    kita tidak mesti melupakan sesuatu kalau kita tidak ingin...

    kalau ia berada jauh di belakang hari,
    bukankah kita bisa mengenang?

    dalam kenanganpun yang hangat tetap terasa hangat
    yang indah tetap terlihat indah
    yang merdu tetap terdengar merdu...

    bukankah begitu, Dien, sayang?

    BalasHapus
  4. @aineblume; aih, mama mirna... jika saja semuanya memang benar-benar demikian.. *haddeh, kenapa jadi syahdu begini? mentong kalo sudah mamamirna yang dipancing galau, dapet bangetmi itu..hehehe

    BalasHapus
  5. @catatan_su; dinantikan kunjungan-kunjungan berikutnya kaaak.. :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)