Rabu, 15 Februari 2012

Keluar dari Gelembung


“Kak, saya merasa minim pengalaman hidup...”

Kalimat itu sempat saya lontarkan pada seorang senior dalam sebuah kesempatan berbincang via chatroom. Ya, saya tidak sedang berbasa-basi atau menggunakan makna konotatif di dalamnya. Pada saat itu, bahkan mungkin hingga kini, saya memang sering merasa hanya memiliki sedikit sekali pengalaman hidup. Saya rasa, ini tidak lepas dari kenyataan bahwa saya tetap stay di sebuah kota yang sama, sejak lahir hingga saat ini. Belum lagi bahwa di kota ini, saya terus hidup bersama kedua orang tua dan karib kerabat yang tersebar di beberapa sudutnya. Plus, dengan kenyataan bahwa saya sangat jarang melakukan traveling, Jika pun iya, maka pasti bersama dengan orangtua –tapi yah, memang syariat mengatur bahwa wanita hanya boleh bersafar (melakukan perjalanan jauh) dengan didampingi mahram.

Saya senang sekali menyaksikan acara jalan-jalan di tivi. Kemudian saya akan merasa sangat iri dengan pembawa acaranya yang berkesempatan untuk datang ke tempat-tempat asing yang pastinya jauh dari tanah kelahirannya. Melihat kultur yang berbeda. Melihat pemandangan-pemandangan yang tidak biasa. Juga bertemu dengan bermacam-macam manusia dengan berbagai bahasa dan budaya. Sepertinya, itu menyenangkan.

Saya juga ingin, merasakan euforia saat berjumpa dengan saudara ‘sekampung’ di perantauan. Lalu kemudian bercakap dengan bahasa lokal sendiri, kemudian disergap rindu pada suasana rumah. Termasuk, bertemu dengan saudara seiman di tempat dimana Islam menjadi minoritas. Mendengarkan suara adzan dari gedung-gedung Islamic Centre di berbagai negara. Lalu melaksanakan ibadah berjama’ah dengan muslim dari negara-negara lainnya, yang meski tidak sebangsa dan sebahasa, namun disatukan oleh kalimat yang sama; Laa ilaha illallah.

Pasti beruntung sekali dapat melihat salju, bertahan pada cuaca yang ekstrim, menikmati peralihan winter ke musim semi saat yang beku menjadi cair. Lalu bunga-bunga memekarkan diri dan berwarna-warni. Mungkin di tempat dimana daun-daun mapel memerah, atau saat kelopak sakura bisa kita sentuh saat ia terjatuh, atau menghirup udara diantara tulip-tulip yang bermekaran. Mungkin juga, melihat bagaimana senja yang berbeda pada tepi pantai berpasir puitih, atau bagaimana hujan turun rintik-rintik menyentuh tanah-tanah yang bagi kita begitu asing. Ada pula masa dimana matahari bersinar terik, udara panas dan gerah, bahkan saat angin pun membawa suhu yang lebih tinggi dari biasanya. Lalu kita akan menyaksikan, bahwa di bumi manapun kita berpijak, semesta akan senantiasa bertasbih kepadaNya, dengan cara mereka masing-masing.

Sekali-kali, rasanya saya ingin keluar dari gelembung saya sendiri. Setidaknya, sebelum meninggalkan dunia ini, saya berharap bisa menjejakkan kaki di dua negara pada tiga kota. Tidak usah macam-macam mengunjungi tempat wisatanya atau mengicip berbagai macam kulinernya. Saya hanya ingin menatap langsung bangunan Makkah yang akan mengingatkan saya pada sosok nabiyullah khalilullah Ibrahim dan putranya yang memiliki kesabaran tingkat langit, Ismail alahissalam. Juga melihat Masjid Nabawi di Madinah. Ah, pasti ingatan saya akan terbawa pada sosok Rasulullah Shallalahu ‘alahi wasallam, senandung adzan pertama Bilal, dan bagaimana perikehidupan khairah ummah (ummat terbaik) dimulai dari sana. Terakhir, izinkan saya berharap dapat melangkah menuju Masjidil Aqsha, nostalgia pada kiblat pertama itu, dan merenungi perisriwa Isra’ Mi’raj yang menyejarah. Menatap bola mata bocah-bocah Palestina penghapal Al Qur’an, dan mendengarkan langsung mereka membacakan Al Anfal dengan penuh penghayatan.

Sepertinya akan banyak yang bisa kita pelajari dari budaya bangsa lain. Tentunya, cukup memandangnya dari sisi indahnya saja, sisi kemanfaatannya. Kemudian akan kita temukan bahwa ada hikmah yang besar dari diciptakannya kita dalam berbagai suku bangsa dan berbagai macam bahasa. Setidaknya, kita bisa saling memahami lewat bahasa senyuman, bukan?

Kamar Mama, Februari 12 ‘12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)