Selasa, 14 Februari 2012

Aku sedang Tertatih, Nak! (Sebuah Surat [Penuh] Cinta)


Setelah ngubek-ngubek file di laptop, akhirnya ketemu juga tulisan ini. Diikutsertakan dalam sebuah lomba di tahun lalu, dan dengan sukses menuai ketidakmenangan. Hehehe… Dibaca-baca ulang…, agak aneh juga sih! :p Tapi tak mengapalah dia nongol di sini, kayaknya sih blog ini agak kurang pengunjungnya, jadi cuma berani dipasang di sini doang, lumayan aman begitu *jiaah... Nanti hilang lagi…



Aku sedang Tertatih, Nak!

Assalamu alaikum, Nak. Meski hadirmu belum juga datang masanya, bahkan belum tentu terjadinya, tapi izinkan aku menuliskan surat ini untukmu. Sebut saja kau, calon anakku. Hmm…, bagaimana kau akan memanggilku nanti? Bolehkah aku memintamu menyebutku ‘ummi’? Bukan! Bukan hanya untuk membiasakan bahasa Al Qur’an dan bahasa syurga itu… Tapi setahuku, bahkan di setiap sapaan pun sudah sepatutnya mengandung makna. Dan panggilan ‘ummi’ itu kuharapkan mengandung makna perjuangan, selayaknya panggilan ‘ukhti’ kepada saudari seperjuangan lainnya. Maka semoga ia selalu mengingatkanku untuk terus berjalan, dan terus bertahan pada jalan yang sepi ini. Aku, kau, kita yakin, ada cahaya di penghujungnya, bukan?


Maka, Nak. Seperti apapun kau nanti, sekiranya dirimu adalah seorang lelaki, semoga hidupmu pun kau jalani selayaknya lelaki. Akan kuceritakan sebagai pengantar tidurmu tentang begitu banyak sosok lelaki yang dirindukan syurga. Mereka yang begitu terkenal dilangit. Mereka yang tetap kita sebut namanya hingga saat ini, meski jarak dan waktu telah terbentang begitu jauh. Mereka, para generasi terbaik di masa terbaik. Kelak, sudah sepatutnya kau mengenal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tentang murah hatinya, tentang lembut senyumnya, tentang sifat pemalunya, tentang kerasnya ia pada keburukan, dan tentang kasih sayangnya pada kaum muslimin. Termasuk pada kita, ummatnya. Ada pula deret shahabat-shahabatnya yang diridhai Allah. Belajarlah tentang mereka. Maka kau akan temukan bagaimana lelaki sejatinya. Mungkin belajarlah pula pada ayahmu (hmm.., bagaimana kira-kira nanti ia ingin dipanggil olehmu, yah?). Kupikir, ia pun sedang tertatih untuk berusaha mengikuti jalan para lelaki sejati itu. Bukan hanya atas apa yang ia ucapkan, atau kata-kata indah yang ia tuliskan. Tapi atas setiap bukti tanggungjawab teguh yang ia tunjukkan pada kita. Ya, semoga.

Jika misalnya ternyata kau adalah wanita. Maka kau pasti akan selalu kagum pada kecantikanmu sendiri. Pada lembut kulitmu dan manis senyummu. Tapi kau tahu, Nak. Meski mungkin awalnya peluhmu selalu mengucur dari balik jilbab mungil itu. Atau kau merasa gerah pada gamis kecil berbunga-bunga yang kau kenakan saat diluar rumah. Namun, aku minta maaf, Nak. Sebab aku hanya ingin kau terbiasa sejak kecilmu. Agar kelak, kau akan merasakan risih jika ada pandangan asing yang memandangmu tanpa hijabmu yang anggun. Lalu tanpa perlu banyak bicara, kau sedang meletakkan aturan-aturan bagi dirimu sendiri, dan bagi orang lain yang ingin memperlakukanmu. Mereka akan hormat padamu, Nak. Layaknya mutiara yang tersusun rapi. Akan kau temukan pula makna keberhargaan itu dari bagaimana agama kita menjaga wanita. Menjagamu. Menjaga kita.

Hey, Nak. Mungkin, kau akan selalu belajar tentang bagaimana akhlak kepada kedua orang tuamu. Tapi, Nak. Kami berdua tetap saja manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah. Maka kala itu kau saksikan, kembalilah lagi mengingat, bahwa memang teladan yang sebenarnya hanya ada pada para generasi pilihan. Mereka yang akhir hidupnya telah jelas dalam ketaatan. Aku sedang tertatih, Nak. Menyusuri jalan kebenaran yang ternyata tidak mudah. Kadang aku jatuh, terseok-seok untuk bangkit, lalu kembali berjalan sambil mengumpulkan kekuatan. Suatu kali mungkin aku jatuh lagi, bahkan sering sekali. Namun, aku akan terus berusaha agar semuanya terus berjalan pada jalurNya. Seberat dan sepahit apapun itu. Sebab ternyata, memperbaiki diri saat ini bukan hanya untuk pendamping yang lebih baik, tapi lebih jauh dari itu, untuk generasi penerus yang juga lebih lurus. Untukmu, Nak.


Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah senantiasa menerangi hidupmu, kelak. Aamiin.

original pic by pikolo55 from devianart.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)