Kamis, 02 Februari 2012

kecuali

pic by Rifa'ah; pemandangan keluar jalan dari Villa Toeti, Kota Batu

Sebenarnya mudah saja bumi ini dijungkirbalikkan. Ditimpakan azab berupa air bah, atau dijatuhi hujan batu dari langit hingga habislah generasinya. Mudah sekali bagiNya mengganti kita dengan ummat baru yang patuh dan tidak dzalim seperti sekarang. Kecuali bahwa kita tahu betapa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Maka selamatlah kita dari marabahaya. Masih terlindungi dalam cintaNya.

Sebenarnya sangat menyiksa untuk terus didustakan. Diletakkan isi perut unta saat bersujud, dilempar batu, disebut sebagai penyair gila, hingga senantiasa ingin dihilangkannya nyawanya. Kecuali bahwa ia ingin kebaikan bagi ummat yang dikasihinya. Ummat yang hingga kini terpaut oleh jarak dan waktu yang begitu jauh, namun tetap mengenangnya, mengimaninya; Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam, Muhammad bin Abdullah.

Sebenarnya lebih menyenangkan menyimpankan harta bagi anak dan istri. Menikmati hasil kerja dan bersantai pada hunian yang nyaman. Kecuali bahwa ia tahu, ada pahala yang besar dibalik sedekahnya yang besar. Ada janji syurga di belakang capeknya jihad. Dan ada keberuntungan yang banyak setelah memenangkan perlombaan dalam kebaikan. Maka tak mengapa, seluruh harta untuk Allah saja. Abu Bakar Ash Shiddiq.

Sebenarnya sedih menatap sang kekasih harus direlakan pergi, belum lagi pilu menatap keempat buah hati yang menyusul ayahnya syahid. Kecuali bahwa ia meyakini, di tempat yang indah kelak mereka akan dikumpulkan. Bahwa ketegaran hari ini akan diganti langsung oleh Allah untuk alam akhirat yang abadi; Al Khanza

Sebenarnya tentu nikmat beristirahat dikala malam tiba. Namun ternyata, ada bayi kecil yang harus diberi minum susu dan diganti popoknya. Waktu berlalu, dan bayi tadi kini telah dewasa. Namun tetap ia tertatih mengambil jeda untuk dari selimut hangat di malam yang pekat. Untuk berwudhu dan bertemu Allah, melanjutkan doa untuk anak-anaknya, meski kantuk tidak usah ditanya. Kecuali bahwa ia tahu, pintanya akan diijabah, dan sang anak akan hidup dalam cahaya. Ibu.



Sebenarnya tidak perlu berpeluh-peluh dan banting tulang untuk mengumpulkan harta. Bukankah bekerja menimbulkan teramat banyak lelah? Sementara usia terus bertambah dan uban telah nampak diantara helai rambut dan janggutnya. Kecuali bahwa ia sadar betapa berat pertanggungjawaban untuk keluarga yang dipimpinnya. Bahwa nafkah yang mungkin tidak begitu banyak itu, semoga menjadi amal shaleh untuknya kelak, yang membantunya meniti shirat. Ayah.

Sebenarnya bisa saja ia berlari menerobos hujan. Bukannya berjalan lambat hingga basah dan kedinginan. Kecuali bahwa ia merasakan ada cengkraman ibu di tangannya, langkah wanita itu tidak lagi setegap dulu, hingga ia harus menjadi penopangnya, hingga harus melambatkan langkah. Hujan dan dingin tadi, tidak lagi begitu terasa.

Saya rasa, diluar permasalahan akidah, selalu ada pengecualian dalam hidup kita. Pengecualian yang justru membuat kita sadar, betapa dalam makna dari hal-hal yang kita lakukan. Wallahu a'lam.


Rifa'ah'sWritingZone, 2 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)