Jumat, 05 November 2010

Volunteer Wanna Be


[WARNING: Postingan GeJe. Tidak perlu lanjutkan membacanya jika Anda punya hal lain yang lebih bermanfaat untuk dikerjakan!]
“Seharusnya saya di sana…” ucap saya sambil memandangi layar televisi dengan mata meradang. Benda eketronik itu menampilkan berita bencana alam yang kian memilukan.

“He…?” adik saya mendelik. Khas seperti biasanya.

“Jiwa ini bergejolak. Seharusnya saya di sana. Menjadi relawan… Menjadi relawan!” ucap saya dengan berapi-api. Ditambahkan tangan yang mengepal mantap ke angkasa

Mata adik saya membentuk garis. Mulutnya mengatup kuat, tapi siap menyemburkan kata-kata pedas. “Memangnya kalo di sana kamu mau apa? Mau bikin shake herbalife rasa Dutch chocolate, ha?!” ucapnya. Ya, pedas, Kawan. Pedas bukan buatan!

“Memangnya apa yang bisa kau lakukan selain bikin shake!” lanjunya lagi. Cabai. Sepedas cabai, Kawan!

Saya menggelepar tak karuan. Membentuk body language yang tidak menerima kata-katanya yang menyayat hati. Sambil sesekali melirik shaker Ibu yang sudah nampak tandas, menunggu saya menggunakannya juga.

“ Setidaknya…” ucap saya dengan wajah memelas yang berusaha menyakinkan makhluk keriting yang tidak lain dan tidak bukan adalah penghuni rahim yang sama setelah saya mbrojol ke dunia, “Saya di sana bisa membuatkan mereka puisi…” saya menghembuskan nafas berat, dramatis. “Untuk mengentaskan duka lara mereka…” lanjut saya dengan syahdu.

“He?” mata adik saya kembali membentuk garis. tatapan itu berkata lebih sengit dari ucap lisannya: Katakanlah, dan aku tak peduli!

Percayalah, Kawan. Seharusnya saya ada di sana, seharusnya KITA di sana. Menjadi relawan. Become a volunteer! Baiklah, kesepatan saja yang belum datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)