Senin, 15 November 2010

Inilah yang Kumaksud dengan Cinta


Mengapa harus cinta? Sebab ia adalah kata ajaib yang menggiring Anda untuk meng-klik judul ini. Selamat membaca!

Seorang lelaki telah melewatkan masa mudanya dengan pencarian yang berat. Ada pula kisah penghancuran berhala di sana, hingga ia dapat terbebaskan dari panasnya api yang membakar. Namun, lain halnya saat ananda yang telah lama dinantikan akhirnya datang juga masanya, namun telah datang perintah agar ia membawa anak dan istrinya ke sebuah gurun pasir tak bertuan.

Berat perasaannya meninggalkan keduanya begitu saja. Lalu sang istri bertanya, “Mengapa?”, begitu berkali-kali. Namun, tak juga mampu dijawabnya. Ia terus melangkah menjauh.

“Apakah ini perintah Allah?” tanya istrinya kemudian.

“Ya.” jawabnya pada akhirnya.

Maka inilah yang kumaksud dengan cinta, saat segala beban dan perasaan harus rela dikesampingkan demi sebuah perintah agung dari langit. Meski berat terasa, meski seolah tak sanggup terlewatkan.

Dan sebagaimana awal-awal proses kehidupannya, sang anak tumbuh menjadi buah hati yang tak akan terganti. Baik budinya, halus perangainya. Menyenangkan bila dipandang dan meneduhkan untuk perasaan. Lalu saat pertemuan pertama dengan sang ayah ditakdirkan, pecahlah segala rindu. Tuntaslah semua gundah yang menggelayut oleh jarak yang terbentang.

Hingga dalam kebersamaan yang indah itu, datanglah sebuah mimpi yang merupakan perintah yang sekali lagi menguji diri. Kali ini bukan sekadar meninggalkan di gurun pasir, tapi lebih dari itu, bahkan mengakhiri nyawa buah hatinya dengan tangannya sendiri.

Namun, rupanya perintah itu kembali disambut dengan keyakinan yang sama; ini perintah Allah.

Maka, inilah yang kumaksud dengan cinta, waktu bibir pemuda itu berucap kata yang abadi dan terjaga hingga akhir dunia, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash Shaffat: 102)

Lalu kisah selanjutnya telah diceritakan di masa kanak-kanak kita. Saat digantikanlah sang ananda dengan hewan sembelihan. Lalu kembali abadi ‘reka ulang’ kisah ini dalam setiap tahun kehidupan kaum muslimin, setiap 10 Dzulhijjah.

Inilah yang kumaksud dengan cinta. Tentang Ibrahim Alaihissalam, Siti Hajar, dan Ismail Alaihissalam. Wallahu a’lam.

Belajar dari Ibrahim, belajar takwa kepada Allah…

Belajar dari Ibrahim, belajar untuk mencintai Allah…

Selamat menyambut Hari Raya Idul Adha!



(Makassar, 8 Dzulhijjah 1431 H)

3 komentar:

  1. dek Diena..... aku ngopas lagi ya....
    klo keseringan ngopas gpp khan,,, hehehe

    BalasHapus
  2. dek...izin share yah....
    Sebenarnya udah baca dari tahun lalu sejak pertama d post kan d FB ...tapi tiap kali baca...rasany jadi terharu,,,,^___^

    BalasHapus
  3. Silakan di share, kak.. Semoga manfaat :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)