Mengikat makna yang terburai di setiap detik waktu. Karena kita terlampau cepat melangkah dan kadang tak ada waktu menengok kembali jejak yang telah tersisa sebelumnya. Bacalah, maka sejatinya kita sedang berbincang.
Rabu, 04 Januari 2012
Indahnya Merayakan Cinta
Apa yang membuat Ka'ab bin Malik memberi ruang khusus dalam hatinya untuk Thalhah bin Ubaidillah? Ada getar-getar tersendiri setiap ia membicarakan saudaranya yang satu itu. Ia tidak dapat lupa. Ya, demikianlah yang tersisa dari sebuah perayaan cinta.
Berawal dari kisah perang Tabuk dimana Ka'ab mangkir darinya. Kita semua tentu telah tahu jalan ceritanya. Saat Ka'ab yang pandai dalam retorika ternyata menjadi kelu lidahnya saat mendapati Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam. Tidak ada hujjah yang dapat ia sampaikan perihal ketidakikutsertaannya dalam medan jihad kali itu. Maka, turunlah kemudian perintah, tidak tanggung-tanggung, langsung dari langit, dari Allah. Pemboikotan Ka'ab pun dimulai.
Sempit rasanya dunia bagi Ka'ab saat itu. Sebagaimana sejatinya para shahabat, mereka semua mendengar dan taat. Maka, selepas salah jama'ah, tidak ada yang sudi menolah padanya. Senyum tidak berbalas, apalagi dengan sapa. Hingga pagi yang kelimapuluh dari hari pemboikotan itu tiba. Saat ia duduk merenung di Gunung Sala', didengarkannya suatu seruan yang menjadi penanda selesainya masa boikotnya. Surah At Taubah dalam ayat 118 mengabadikan peristiwa itu dengan pernyataan terbuka yang tidak lekang oleh jaman. Kembali, secara langsung Allah mengabarkan; taubat Kaab telah diterima.
Setelah mengganti pakaiannya, langkah Ka'ab memburu menuju tempat sang Nabi. Di sepanjang jalan, para shahabat tidak lepas memberikannya selamat. Wajah yang kemarin-kemarin selalu tak acuh itu jelas saja bukan karena mereka benci, tapi sebab cinta itu karena Allah, maka perintah Allah pula yang akan menuntunnya.
Nah, saat itulah muncul Thalhah bin Ubaidilah, shahabat dari kalangan Muhajirin ini segera merangkul Ka'ab, memeluknya, bahkan hingga menitikkan air mata bahagia. Ia ikut berbahagia, ia ikut merayakan cinta. Bagi orang lain, mungkin ini terasa sepele saja. Namun, bagi keduanya, ada bekas yang tersisa dan meneguhkan pertautan diantara mereka. Sederhana saja.
Itulah hari paling bahagia sejak Ka'ab bin Malik dilahirkan. Yah, apa pula yang lebih mencerahkan selain kepastian akan taubat yang telah diterima? Ditambah juga dengan saudara yang turut dalam perayaan cinta!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bukannya karena thalhah yang pertama memberi kabar yah ke kaab bahwa taubatnya diterima?maaf jika salah...
BalasHapus@Anonim; Ooh..., wallahu a'lam, dari beberapa sumber kisah tentang Ka'ab yang saya baca, 'pembawa pesan diterimanya taubat Ka'ab' tidak pernah disebutkan namanya. Adapun Thalhah, memang juga ikut memberi ucapan selamat, tapi dalam perjalanan Ka'ab menuju kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam.
BalasHapusMungkin Anda bisa memberikan sumber rujukan lain tentang kisah ini? :)