Kamis, 08 Desember 2016

Ngobrol Tentang Jualan Clodi, Motherhood dan Kebahagiaan Kecil

Dulu, paling tidak minat saat membahas seputar masalah bisnis, jualan, dkk.. langsung berasa kalau saya terlahir tanpa bakat itu sedikitpun. Tapi, setelah menikah, semuanya berubah *halah*. Entah karena efek nikah sama seseorang dengan background ekonomikah, atau karena memang sebenarnya saya ada bakat dikitkah, perlahan tapi pasti, saya mulai menikmati proses jualan.

Selain jualan buku (yang banyakan malah dibeli sendiri..hihi), sekarang paling seringnya dapat orderan clodi, alias cloth diapers, alias popok kain kekinian. Setelah jadi pengguna clodi, kemudian mencoba mengupgrade status jadi distributornya, mana tahu nanti bisa jadi juragannya *wkwkwk*

Seninya jualan clodi itu, karena saya, supplier, dan.custumer, kebanyakan adalah para bunda yang punya anak bayi. Sebagian kecil cust memang ada juga yang masih berstatus mom-to-be alias lagi hamil anak pertama. Nah, serunya di sana.. sebab jadinya ada semacam pengertian-pengertian yang menjelma pemakluman pada setiap komunikasi ke atas saya pada supp, dan ke bawah pada cust. Kalo chatnya lagi kencang, maka indikasinya lagi me time nih.. mungkin anaknya lagi anteng, atau malah lagi tidur. Sebaliknya, kalau pada slowrespon, maka tanpa dijelaskan pun, langsung bisa menebak bahwa mungkin si bayi lagi rewel, habis imunisasi, atau mau tumbuh gigi.

Pada setiap transaksi para cust yang dengan antusias bertanya pada saya seputar clodi, saya dapat merasakan cinta seorang ibu pada anaknya. Saat seorang ibu melakukan itu semua karena menginginkan yang terbaik untuk si buah hati. Dan belanja clodi hanya sebagian kecil dari bukti cinta itu, pun tanpa saya menafikan cinta para bunda yang lebih memilih memakaikan pospak pada anaknya, karena pasti tiap ibu punya alasan dan pilihan berbeda, meski semuanya -saya yakin, bermuara pada satu hal yang sama; keinginan merawat anak dengan sebaik-baiknya cara.

Di balik senyuman seorang bayi, ada peluh ibu saat mengurusnya, memandikan, dan menyusuinya. Ada mata yang lelah karena begadang untuk menenangkan rewelnya saat malam. Ada waktu yang terkuras untuk menemani sang bayi agar terus nyaman bersama bunda. Ada badan yang lelah saat harus menimangnya ke mana-mana. Tapi saat melihat senyuman manis itu, senyum gula disiram madu itu, atau saat di akhir hari melihatnya tidur dengan nyaman, sleeping like an angel, sehat, dan tenang, semua itu seolah terbayar lunas tak bersisa, kecuali menyisakan berbagai harapan, semoga hidupnya selalu penuh dengan kebahagiaan.

Dan satu hal yang terkadang masih belum saya mengerti sampai sekarang adalah, entah mengapa ada kebahagiaan sendiri saat mencuci clodi-clodi Fayyadh. Padahal kan itu bekas pup dan pee ya.. hehe.. tapi rasanya bahagia saja begitu...
''Cukup biarkan saya bisa mencuci clodi dengan tenang, dengan cara Aba jaga Fayyadh sejenak, itu sudah bisa bikin saya bahagia...'' ujar saya pada suami suatu hari. Dan mencuci clodi pun jadi semacam me time yang menyenangkan. Kebahagiaan kecil yang sulit dijelaskan.

Sebab hidup ini kadang menawarkan kejadian yang kita anggap menyedihkan dan terasa amat sulit untuk kita lewati. Hal-hal diluar kendali kita yang mau tidak mau harus kita terima untuk terjadi. Maka untuk mengimbanginya, kita perlu menurunkan standar bahagia dan menjadi lebih peka untuk itu. Dengan menemukan kebahagiaan kecil kita sendiri, untuk kemudian melipatgandakannya dengan sesuatu yang dianjurkan oleh sang Nabi. Ya, dengan mensyukurinya. Alhamdulillah...

Makassar, November 2016
Rifa'ah Ummu Fayyadh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)