Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Apa kabar, adikku? Semoga hati kalian senantiasa lapang,
sebagaimana lapangnya masjid baru yang menjadi ‘rumah’ kalian sekarang. Ah ya,
juga dengan tempat wudhu dan kamar kecilnya yang bagus itu, membuatku rasanya
ingin kembali menjadi siswa SMA lagi. Hahaha…
Adikku penerus estafet Ikramal’03, kutuliskan surat ini
dengan begitu banyak harapan dan juga begitu banyak cinta atas kesamaan
diantara kita; memilih jalan cahaya ini untuk mengisi masa muda. Kau pun
mungkin masih sempat merasakan, sebelum masjid yang nyaman itu selesai
dibangun, saat semua kegiatan sederhana rohis itu bermula dari sana; sebuah
mushala kecil di salah satu sudut sekolah kita. Tembok-temboknya yang hijau
adalah saksi dari banyak hal. Kau tahu, bahkan salah satu kusennya yang tanpa
kaca itu, telah menyaksikan bagaimana terkadang kami melewatinya dan
menjadikannya selayaknya ‘pintu’. Ah, mungkin hanya kami saja yang mengerti
pembicaraan ini. :')
Telah bertahun waktu yang terlewati dari masa itu. Kami pun
kini satu sama lain tidak dapat saling memandang wajah sesering yang dulu. Banyak
hal yang telah berubah, Dik. Kecuali tentang satu hal, kecuali tentang satu
keyakinan. Bahwa insyaAllah, kami masih akan terus fasih untuk saling mengucap
nama, dalam doa kebaikan dalam setiap sujud, dalam hening.
Kala itu, mungkin telah tiada Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam yang dahulu
mempersaudarakan para muhajirin dan anshar. Tapi oleh lingkaran penuh berkah
itu, hati kami telah berpaut. Meski tak kami elakkan, bahwa dikala keimanan
berada di titik yang rendah, maka hari-hari terkadang tidak selalu cerah,
begitupun dengan ukhuwah. Sebab kita paham, bahwa ukhuwah itu selalu berbanding
lurus dengan keimanan dalam dada kita.
Tidak perlu risau. Jalan ini memang tidak pernah menjanjikan
kenyamanan dan buaian kekaguman, tapi kita susuri saja. Sebab yakinlah, bahwa
kau bukanlah yang pertama. Tiap senyumanmu, dulu juga pernah disunggingkan oleh
yang lainnya. Mungkin nanti, saat kau rasa perih, maka hal yang lebih berat
bisa jadi telah dilalui oleh orang sebelummu. Maka cukuplah yakin, dan mulai
langkahmu dari sana. Masing-masing dari kita tidak pernah akan tahu seberapa
kuat kita menjalaninya, sebelum benar-benar memulai tapak yang pertama, bukan?
Maka, adikku. Kecaplah tiap rasa yang akan kau lalui di
sana. Segalanya kelak akan menjadi kenangan yang kepadanya kau akan banyak
berkaca. Kepadanya kau bisa memandang betapa memulainya bukanlah suatu yang
sederhana. Ada rangkaian takdir yang saling bertaut, bahkan yang kadang dengan
tergesa kita sebut sebagai kebetulan. Ada pikiran-pikiran panjang yang mungkin
bahkan dalam mimpinya turut menghadirkanmu sebab betapa ingin kebaikan untukmu
dunia dan akhirat. Tiap pencapaianmu adalah atas izinNya dan mungkin adalah buah dari doa-doa panjang dari
lisan yang tidak kau sangka. Dari saudari yang selama ini kau jumpa, atau dari
kakanda yang kau tatap wajahnya sekali sepekan.
Langkah kami mungkin telah jauh, Adikku. Banyak hal telah
berubah. Tapi kami pun paham, bahwa terlalu banyak pula kenangan di sana.
Terlalu banyak hal yang tidak mungkin kami lupa. Majelis perdana, sebutan ‘ukhti’
untuk pertamakalinya, jabat tangan yang erat, semburat senyum bahkan meski dari
wajah lelah, air mata yang saling kita seka, cinta pertama, dekap selimut saat
tubuh tidak sesehat biasanya, bahkan tentang suapan penganan kecil yang kita
bagi sama rata. Terlalu banyak, bukan? Dan bukankah masa lalu tidak akan pernah
bisa kita ubah?
Maka kini kami masih dapat dengan jelas mengenang semuanya. Kami melihat
semangat masa lalu itu dalam semangatmu. Kami melihat senyum kami yang dulu
pada senyummu. Kami melihat diri kami pada dirimu. Tidak ada yang berbeda
diantara kita. Sebab kita sama, memilih jalan cahaya dan menyusurinya. Kita
mulai dia dari sana. Maka estafet ini, berlanjut padamu. Tidak ada yang ingin
menghentikannya, saat tongkat perjuangan berada pada genggamnya. Tidak peduli
seberat apapun kita harus memulai. Tidak peduli sejauh apapun kita telah
tertinggal. Siapa yang peduli seterpuruk apapun kita saat ini?!
Sebab, tidak ada yang berbeda diantara kita. Sebab kita
sama. Memilih jalan cahaya dan menyusurinya. Dialah saksinya: Allah.
Kakak yang memandang kalian dari jauh,
Diena Rifa’ah Amaliah
menetes air mata ku baca ini T_T ingin rasanya kembali ke masa ituuuu .... mushollah itu.. ukhuwah, senang sedih tawa canda... semuanya... T_T
BalasHapusindiira
berarti hati ta lembut, dek.. :)
Hapuskunjungan gan.,.
BalasHapusbagi" motivasi.,.
fikiran yang positif bisa menghasilkan keuntungan yang positif pula.,..
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
Iya, gan *ehehe..
Hapus