Jumat, 13 April 2012

Go Hijabers, Go!

Waktu itu mama dibilang ekstrem dan garis keras… Padahal jilbabnya biasa-biasa saja lho!” ucap Ibu saat mengenang kejadian di masa KKNnya yang lampau. Tahun 70an, mungkin. Saat jilbab tidak semeriah sekarang. Saat hanya segelintir wanita yang rela mengganti sanggulnya dengan helaian kain untuk menutup aurat. Ibu, bagian dari yang segelintir itu. Tapi Ibu, hanya seorang dari para ‘pendekar jilbab’ yang di masa itu berusaha menerobos keterasingan, hingga kini kita dapat menikmati aura kebebasan itu. Ya, kebebasan untuk mengenakan pakaian takwa tanpa sorot mata aneh orang-orang di sekeliling.

Di lain kesempatan, saat seperti biasa akan menempuh perjalanan menuju kampus, saya menumpang sebuah angkot yang nampak sudah cukup penuh dengan para mahasiswi lainnya. Saya pun kebagian tempat di pojok, dengan akses luas kepada seluruh penumpang. Saat itulah saya tersadar, bahwa seluruh penumpang wanita di angkot itu berjilbab, dan dengan gaya jilbab yang sama. Ya, sama! Kejadian serupa pernah pula saya alami. Tapi, waktu itu gaya jilbabnya berbeda dengan kali ini. Persamaannya adalah, gaya-gaya itu adalah trend pada masanya. Jilbab pun punya tren, ternyata.

Sungguh, saya sangat mengapresiasi ‘semangat jilbab’ yang saat ini nampak bagai jamur di musim penghujan. Bahkan, konon para muslimah berjilbab membuat komunitasnya sendiri, dengan kegiatan-kegiatan rutin, bahkan dengan video tutorial cara mengkreasikan jilbab model ini dan itu. Jika semua itu berangkat dari kesadaran keberagamaan dan wujud kepatuhan pada perintah Allah dalam An Nur:31 dan Al Ahzab:59, maka sekali lagi: sungguh, saya sangat berbahagia!

Tapi begini, para wanita yang dicemburui bidadari. Jilbab sebagai sebuah bentuk ibadah, ternyata juga punya beberapa syarat yang patut kita perhatikan. Ah, mungkin kalian pun lebih hapal tentang hal itu daripada saya. Tapi izinkanlah kita mengulang pelajaran ini bersama, yah. Mungkin kata ‘syarat’ dan ‘aturan’ membuatnya terdengar tidak begitu nyaman, namun bukankah dalam hidup kita telah terbiasa menghadapinya? Ah ya, jika dengan aturan sekolah, kampus, ataupun kantor yang jelas-jelas hanya dibuat oleh manusia, kita bisa dengan sangat loyal menaatinya, maka apalagi dengan aturan Allah. Tentu lebih tunduk kita kepadaNya, bukan? Baik, mari kita mulai!

Pertama, jilbab itu menutup seluruh badan. Yap, perintah ini jelas sekali dalam ayat yang bersama kita jadikan acuan. Kita pun paham, bahwa makna menutup jelas berbeda dengan membungkus, bukan? Menutup berarti tidak membiarkan adanya celah untuk menampakkan segala macam lekuk. Jelas.
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya..” (QS. An Nur:31)
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka” (QS. Al Ahzab:59)

Kedua, tidak tipis, maka tidak transparan. Apa yang kita inginkan dari menutup sesuatu namun tetap terlihat bayangannya? Tentu tidak ada gunanya! Maka jika tidak nyaman dengan kain yang tebal, menggunakan kain ekstra yang rangkap (dua lapis, misalnya), bisa jadi salah satu solusi.  Itu konsekuensi.
Ketiga, tidak mencolok, tidak berwangi-wangi. Baiklah, semua wanita ingin tampil cantik. Tapi bagi kita, minimal tidak mengganggu pandangan mata saja, seharusnya sudah cukup. Tidak harus berwarna hitam! Tapi tidak pula berarti nge-jreng. Pakaian takwa itu bukan untuk menjadi perhiasan yang membuat setiap mata betah memandang. Pakaian takwa itu justru untuk menjaga kita, bukan mengungkung. Dengannya, kita memilih siapa saja yang berhak untuk memandang keindahan itu, bukankah itulah kebebasan?

Keempat, tidak sempit dan ketat. Kembali kepada makna menutup, sekali lagi, kita tidak sedang ingin membungkus. Takutlah kita kepada kabar Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam sejak ratusan tahun lalu;

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Hmm… kita masih ingin masuk surga, khan ya?

Kelima, tidak menyerupai laki-laki. Tiap gender memiliki ciri khasnya tersendiri. Sebab kita memang berbeda dari laki-laki, maka tidak perlu bersusah payah berusaha menyamai mereka. Be your self, itu anjurannya!
Allah melaknat laki-laki yang bergaya perempuan, dan perempuan yang bergaya laki-laki” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)

Yah, lima poin ini saja sudah cukup untuk menjadi acun dan evaluasi bagi cara berbusana kita. Muslimah sejati konsisten pada keyakinannya, tidak peduli tren mengarah kemana, ia tetap akan teguh dengan gaya yang dipilihkan Allah. Kalian semua, para saudari yang diberkahi Allah dengan hati yang mudah tersentuh pada kebenaran, saya yakin adalah bagian dari muslimah sejati itu. Demikianlah Allah menjaga kita dalam syari’atnya yang indah. Bersamaan dengan itu Allah menjaga para muslim untuk lebih mudah menundukkan pandang mereka. Selalu masih ada waktu untuk menjadi lebih baik, bukan?

Jilbab bukan sekadar kain berwarna-warni yang bercokol di atas kepala. Jilbab memang bukan pertanda mutlak kadar keimanan. Tapi ia bisa menjadi rem untuk maksiat, dan gas untuk ketaatan. Ia setidaknya adalah bukti bahwa kita sedang berusaha untuk berjuang dalam kebaikan. Jilbab adalah identitas; dengannya kita menunjukkan diri sebagai muslimah, dengannya kita menjadi terjaga. Wallahu a'lam. 

2 komentar:

  1. boleh tukeran Link kak??
    hehehee

    Jilbab yg baik bukan sekedar musiman benar, tapi jilbab syar'i yg memenuhi standar ketetepan Al-qur'an hehehe....
    memang miris klo liat komunitas hijaber sih krna terkdang mereka lupa... lupa cara menjaga aurat yg baik.
    Jilbab dan pakaian merupakan satu kesatuan yg tak bisa terpisahkan...
    dgn corak carik warna warni keindahannya namun jgn berlebihan atw bisa jadi pakaian ternilai tabaruj... spti layaknya dandanan yg menor hehhee....

    salam ukhuwah...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)