Minggu, 19 Januari 2020

[Resensi] Rasulullah Pendidik Sukses

Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan memegang pengaruh yang sangat penting dalam kemajuan sebuah bangsa, bahkan kemajuan sebuah peradaban. Islam, sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh juga menempatkan posisi pendidikan dan ilmu pada tempat yang sangat penting dan mulia. Berbagai isyarat ditunjukkan mengenai hal ini, di antaranya bahwa ayat yang pertama kali turun adalah tentang perintah untuk membaca juga bagaimana seorang ulama ditempatkan pada posisi yang begitu terhormat dalam agama ini. 

Pendidikan dalam hal ini tentunya bukan hanya menyangkut pada aspek ilmu pengetahuan secara umum, namun tentunya disertai dengan pemahaman agama yang mumpuni sebagai aspek yang sangat menentukan dalam proses filterisasi ilmu yang diterima oleh seorang muslim. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai uswah dan qudwah terbaik tentunya juga menjadi sumber inspirasi utama dalam proses pendidikan itu sendiri. Bagaimana beliau shalalllahu alaihi wasallam sebagai seorang rasul juga tentunya merupakan sebaik-baik pendidik yang telah menghasilkan generasi terbaik yang pernah hidup di muka bumi ini. Generasi para shahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in adalah contoh nyata dari keberhasilan proses pendidikan yang dijalankan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. 

Berangkat dari perhatian yang besar tentang masalah ini, Prof.Dr. Fadhl Ilahi menulis sebuah buku dengan judul Rasulullah Pendidik Sukses (Meneladani Rasulullah dalam mencetak generasi sukses dunia). Buku ini akan mengupas secara tuntas tentang bagaimana teladan yang dicontohkan oleh pendidik terbaik sepanjang masa, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam menjalankan proses pendidikan itu sendiri sehingga sukses mengantarkan para shahabat bukan hanya unggul dari sisi ilmu, namun juga menjadi pribadi-pribadi terbaik secara utuh. Akan dibahas empat puluh lima masalah yang diambil sebagai faidah dari sirah Nabi Shallallahu alaihi wasallam sebagai seorang guru dengan menjadikan al Qur’an dan hadits Nabi yang mulia sebagai referensi utama, di mana faidah dari ayat atau hadits yang dibahas diambil dari keterangan para ahli tafsir dan hadits. Kelebihan lain dari buku ini adalah, pembahasannya yang ringkas dan padat, namun di bagian-bagian tertentu juga mengisyaratkan faidah-faidah lain yang berkaitan dengan topik pembahasan yang sedang dipaparkan. Selain itu, juga terdapat keterangan tentang kata-kata asing yang digunakan, untuk menyempurnakan dari penjelasan-penjelasan faidah yang dibahas. Serta dicantumkan pula referensi dan sumber dari daftarnya sehingga mempermudah pembaca yang ingin melakukan penelusuran lebih lanjut.

Pada empat pembahasan pertama dalam buku ini, digambarkan bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sangat memberikan perhatian pada masalah teknis yang berhubungan dengan penyampaian ilmu dan proses pendidikan itu sendiri. Hal ini terkadang menjadi sesuatu yang sederhana namun luput dari perhatian, dan seringkali dianggap tidak begitu penting. Diletakkannya pembahasan ini pada bagian awal juga merupakan satu isyarat bahwa terkadang permasalahan teknis yang terkesan sepele justru bisa jadi membawa pengaruh yang besar dalam proses pendidikan. Digambarkan bagaimana Rasululllah Shallallahu alaihi wasallam senantiasa memilih ta’lim-nya pada waktu yang sesuai. Pemilihan waktu ini tentu menjadi bervariasi tergantung dari kondisi yang beliau hadapi kala itu. Misalnya pemilihan waktu selepas shalat Isya, mendekati pertengahan malam, setelah bangun tidur di malam hari, dan setelah berlalu dua per tiga malam. Hal ini bisa menjadi referensi bagi seorang pendidik untuk memperhatikan masalah pemilihan waktu ini sehingga mampu mendapatkan hasil yang efektif dan efisien dalam proses mentrasnfer ilmu. 

Selain pemilihan waktu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga memilih tempat yang tepat dalam melakukan proses pendidikan. Masjid, rumah untuk mengajar kaum wanita, kota Mina, dan ketika safar, merupakan contoh tempat-tempat yang dipilih oleh sang Rasul. Selain tempat dan waktu, objek dakwah juga menjadi satu concern tersendiri yang diperhatikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Keluarga terdekat, kaum kerabat, para shahabat dekat, pemuda, anak-anak, kaum wanita, suku Arab Badui, dan para muallaf adalah kelompok-kelompok tertentu yang menerima pendidikan langsung dari Rasulullah yang masing-masing memiliki karakteristik khusus, sehingga berbeda pula dalam metode pendidikannya. Syaikh menguraikan kesemuanya itu dengan untaian sirah yang penuh dengan faidah sehingga kita seolah diajak untuk menelusuri betapa jeniusnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam menghadapi objek dakwahnya. 

Berbagai kesempatan-kesempatan khusus juga tidak luput dari perhatian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk mengambil kesempatan dalam menjalankan proses pendidikan. Bulan purnama, gerhana bulan, momentum saat para shahabat menyaksikan kasih sayang seorang ibu kepada bayinya, bahkan saat seorang shahabat cemburu kepada istrinya, menjadi momen-momen yang tidak dilewatkan oleh beliau dalam memberikan pengajaran kepada anak didiknya. Hikmah dan ilmu menjadi sesuatu yang seolah sangat mudah untuk dipetik pada kondisi-kondisi tertentu sehingga dapat tertancap di dalam hati para shahabat kala itu, bahkan dari hal-hal yang sederhana sekalipun. 

Kemudian pada tujuh bagian selanjutnya, digambarkan bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengikat hati pada anak didiknya, sehingga proses penyampaian ilmu dan pendidikan tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai seorang guru yang mulia, tidak kemudian menciptakan jarak dengan anak didiknya, namun justru mereduksi jarak tersebut, sehingga terciptalah kelekatan. 

Beliau mencontohkan bagaimana senantiasa menyambut gembira kedatangan seorang penuntut ilmu, mendekat secara fisik kepada orang yang ia ajak bicara, memposisikan duduknya sehingga menghadap ke arah pendengar, dan pendengarnya pun menghadap ke arahnya, menggunakan panggilan yang mengakrabkan dengan lawan bicara, menyentuh anggota badan murid untuk menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan memberikan pengaruh yang besar dalam proses pendidikan, serta menepuk murid untuk memberi peringatan dan menunjukkan keramahan. 

Lalu memasuki bagian-bagian selanjutnya, kita akan disuguhkan dengan pengalaman dalam membersamai majelis Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Akan dibahas tentang bagaimana cara beliau dalam menyampaikan ilmu . Tentang bagaimana jelas dan tenangnya beliau dalam berbicara, bagaimana Rasulullah mengulangi ucapannya demi memberikan penekanan akan suatu maksud yang penting, terkadang pula beliau menggunakan isyarat, atau memanfaatkan alat berupa garis dan gambar untuk menjelaskan sesuatu. Tak jarang pula kita menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menggunakan perumpamaan-perumpamaan. Dan tentunya, beliau sebagai uswah dan qudwah terbaik juga senantiasa mengajarkan sesuatu bukan hanya dengan lisannya, namun langsung dengan mencontohkan dalam perbuatannya. 

Kemudian ada momen-momen tertentu di mana sang Rasul menggunakan metode perbandingan, kadang pula dengan metode pertanyaan, tak jarang juga dengan melontarkan soal-soal. Penyampaiannya pun sistematis, sehingga para shahabat mudah untuk memahami konsep besar dari sebuah ilmu, dengan cara menjelaskan sesuatu terlebih dahulu secara umum, baru kemudian merincinya dalam poin-poin yang khusus. Hal-hal tertentu yang terkadang juga sensitif untuk dibahas, tidak luput dari pengajaran beliau, dan beliau tidak malu untuk menyampaikannya. 

Dalam menanggapi pertanyaan dari muridnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah sosok yang sangat toleran. Beliau tidak segan untuk memuji pertanyaan yang bagus, serta terkadang menjawab dengan sesuatu yang lebih dari yang ditanyakan. Namun, kita kembali belajar tentang bagaimana adab dan akhlak beliau yang mulia, yakni bagaimana sekelas nabi shalallahu alaihi wasallam saja, bahkan memilih untuk diam terhadap hal-hal yang belum beliau ketahui dengan pasti. Serta bersikap lapang dada ketika diingatkan, bahkan beliau sendiri yang menganjurkan para shahabat untuk membetulkan bacaan beliau ketika shalat. Sebuah bentuk ketawadhuan yang luar biasa dari seorang guru terbaik sepanjang masa, di saat hari ini kita terkadang mendapati orang-orang berilmu yang ilmunya membuatnya tak lagi mampu menerima masukan dari manusia lainnya, bahkan meski hal tersebut adalah sebuah kebenaran. Naudzubillah...

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dalam berinteraksi dengan para muridnya juga menggunakan metode dua arah di mana bukan  beliau melulu yang ‘mendominasi’ sebuah majelis. Dalam beberapa riwayat, digambarkan bagaimana beliau memberi kesempatan kepada muridnya untuk bercerita di hadapannya. Juga memberi kesempatan untuk mengulang pelajaran kepada beliau sehingga ilmu yang diajarkan benar-benar melekat dengan kuat dalam hati anak didiknya. 

Dibalik sikap lemah lembut Rasulullah sebagai seorang pendidik yang tidak diragukan lagi, ternyata sejarah juga mencatat bahwa ada sisi ketegasan yang tidak juga ditinggalkan secara penuh. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga pernah marah dalam beberapa kesempatan ketika para shahabat kurang memahami sesuatu yang telah beliau ajarkan. Seperti saat beliau mendapati adanya dahak di dalam masjid, atau tatkala shalat diperpanjang tanpa memperhatikan kondisi orang-orang yang menjadi makmumnya. Hal ini menunjukkan bahwa memadukan kelembutan dengan ketegasan dalam proses pendidikan bukanlah sesuatu yang mustahil. Dan bahwa ada hal-hal tertentu yang memang memerlukan sikap lebih ‘keras’ agar menjadi perhatian bagi anak didik.

Selain itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam juga mencontohkan sikap untuk tidak membedakan murid-muridnya terutama dari sisi strata sosial. Bahkan, beberapa riwayat menunjukkan bagaimana beliau justru lebih mengutamakan murid-muridnya yang tergolong berkekurangan dari sisi harta. Rasul juga merupakan seorang guru yang sangat memperhatikan keadaan anak didiknya sekaligus senantiasa memuliakan shahabat-shahabat yang utama. Sisi evalusia dari seorang guru juga ditunjukkan oleh Rasul tatkala beliau senantiasa memperhatikan pengaruh ucapan dan perbuatannya terhadap para shahabat. Perhatian yang besar juga tercermin manakala beliau menghapal satu per satu murid-muridnya dengan merasa kehilangan manakala ada seorang murid saja yang tidak beliau jumpai dalam satu waktu. Ditengah keilmuan beliau yang tidak tertandingi, Rasul merupakan sosok pengajar yang selalu memberi kemudahan pada murid-muridnya serta menganjurkan untuk mempelajari hal-hal yang mudah dan dimampui oleh anak didiknya masing-masing. 

Pada akhirnya, membersamai sejarah bagaiamana Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai seorang pendidik yang sukses dalam rentang empat ratusan halaman dalam buku ini, akan senantiasa membawa kita kepada kerinduan yang mendalam atas sosok beliau. Telah diutus Rasulullah Muhammad bin Abdullah Shalallahu alaihi wasallam sebagai guru sejati yang hingga kini pengajarannya telah diabadikan di dalam hadits-hadits yang mulia. Maka tentu telah menjadi kewajiban atas kita semua untuk senantiasa mengambil pelajaran dari kehidupan beliau secara umum, maupun dari sosok pendidik yang ditampakkannya secara khusus sehingga kita mampu untuk membangun kembali generasi terbaik, mengembalikan dengannya kejayaan Islam dan kaum muslimin, biidznillah. Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad.... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)