Manusia-manusia yang tidak
pernah mengerti kesunyian,
hanyalah mereka yang tidak
pernah sadar dengan kerayaan
Selamat datang, masa lalu.
Selamat berlalu, masa datang
(Fitrawan Umar, Roman
Semesta pg. 69)
Terkadang, memang menjadi
penting bagi kita untuk sesekali menjenguk masa lalu. Sebab kita sangat pelupa.
Bahkan mungkin untuk hal-hal yang sangat penting untuk kita ingat. Semua laku
orang lain yang hari ini terasa tidak menyenangkan, nyatanya di masa lalu
adalah seseorang yang pernah begitu berjasa bagi kita. Hanya saja kita tidak
mengingatnya, hanya saja kita selalu lupa.
Suatu hari seseorang telah
datang dengan membawa pertanyaan yang besar di dalam kepalanya. Ia merasa telah
melalui masa yang panjang dalam hidupnya, namun hingga hari ini kerap mendapati
dirinya nampak tak utuh.
“Ada yang kosong dari hidup
saya. Ada bagian yang tidak lengkap, ibarat mozaik yang hilang, yang seharusnya
sudah berada di tempatnya. Namun saya tidak. Tidak utuh.” ujarnya.
Maka ia mencoba menjenguk
masa lalu. Kemudian mendapati bahwa, memang ada yang berbeda dari hidupnya.
Bukan, bukan tidak lengkap. Bukan pula kosong. Tapi ada satu rentetan masa yang
mungkin ia isi dengan hal lain, yang tidak sama dengan orang lainnya. Maka ia
tetap ‘terisi’ dengan sesuatu, meski berbeda. Dan hal itulah yang kemudian
membentuknya menjadi seperti apa ia sekarang.
“Seberapa penting kita
peduli perihal perbedaan itu, jika nyatanya hari ini kita dapat tegak berdiri.
Dengan cara kita sendiri. Dengan pengertian kita yang paling utuh tentang hidup
ini.”
Ya. Pengertian yang utuh.
Bukan dalam rangka membandingkan hidup yang kita punya dengan orang lain. Bukan
melulu menatap rumput yang hijau berseri di seberang sana. Siapa yang peduli
jika tanah kita kering dan meranggas, mungkin gundul dan berlubang, atau justru
ditumbuhi kaktus atau hanya ada pasir sejauh mata memandang? Jika, memang
seperti itulah seharusnya kita menjalaninya. Jika nyatanya, kita hanya perlu
menyedia oase di tengah gurun itu, lalu menikmatinya dengan cara kita sendiri.
“Seberapa penting kita
peduli perihal hidup kita yang tidak sama dengan hidup orang lain, jika kita
masih terus yakin bahwa rencanaNya adalah yang terbaik?”, ucapnya. Menjawab
pertanyaannya sendiri.
Makassar, 13 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)