Sabtu, 05 November 2011

Me-Time


Ya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Tapi terkadang, kita memang butuh waktu untuk sendiri.

Rempong. Satu kata yang akhir-akhir ini sering saya gumamkan, minimal dalam hati. Yah, kerepotan dalam berbagai hal, di berbagai tempat, di hampir semua komponen kehidupan yang saya punya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa apa yang saya hadapi sekarang memang menuntut segala kerempongan itu. Hal-hal yang menyangkut banyak orang dan tidak dapat saya tentukan dengan pilihan sendiri dan semau-gue. Sehingga terkadang, begitu terasa, bahwa memang terkadang hidup ini bukan hanya tentang diri kita, tapi juga tentang 'dia', 'dia', 'dia', 'dan' banyak 'dia' lainnya. *sigh*

Benar, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian. Hal ini telah didoktrin kepada kita sejak bangku sekolah dasar, dan selanjutnya dibenarkan oleh diri kita sendiri, bahwa memang kita membutuhkan orang lain dalam hidup ini. Sebagaimana Nabi Adam 'Alahissalam dahulu membutuhkan Hawa untuk membersamainya, padahal itu masih di surga, lho... Apalagi kita, manusia yang telah ditakdirkan hidup di dunia dengan segala -sekali lagi, kerempongannya. Tidak dapat dinafikan bahwa kemampuan kita yang terbatas membutuhkan adanya simbiosis dengan manusia lain, bahkan dengan makhluk hidup lain untuk dapat bertahan hidup, bahkan untuk 'selamat' setelah mati.

Namun, yah... Akhir-akhir ini saya sering menganggap bahwa sosialiasasi dengan manusia lain justru hanya menambah kerempongan yang ada. Baiklah, hal ini tidak sepenuhnya benar, saya akui. Tapi, adanya pemikiran ini membuat saya kemudian menjadi teramat sangat menghargai moment bersama diri saya sendiri. Humm.., semacam 'me-time' begitu...


Saya kemudian berandai-andai, terlepas dari segala kenyataan yang ada dan segala tuntutan yang menuntut, saya ingin punya rumah sendiri. Yah, semacam rumah impian yang sejuk dan terbuat dari kayu. Rumah itu menghadap ke arah sawah yang menghijau dan dapat dinikmati sejauh mata memandang. Saya pernah menyaksikan itu di lokasi tempat saya KKN, dan meski di dekat rumah saya sekarang pun ada sawah, namun tetap berbeda dengan yang di sana. Sawah di sini sangat jelas dibatasi oleh bangunan-bangunan perumahan dan tembok-tembok yang seolah memagarinya. Jika memandangnya, rasanya mata ini tertumbuk dan tidak bebas. Yah, bukan sawah yang seperti itu. Tapi, sawah yang seperti di lokasi KKN saya dulu. Sawah yang hijaunya begitu menenangkan, sama seperti birunya laut yang mengagumkan. Dapat menyaksikan itu secara langsung, setiap hari dari jendela rumah sendiri, pasti sangat menyenangkan.

Rumah kayu itu sejuk. Celah-celahnya dapat dialiri oleh embusan angin, tapi tidak bocor saat hujan turun (maunya... ;p). Beberapa sisi dindingnya ditutupi oleh rak buku kayu tempat saya menyimpan buku-buku favorit. Lalu, walaupun suasanya cenderung terkesan ndeso, tapi jaringan internetnya bagus dan unlimited (ckckckc...) jadi bisa OL dan blogwalking ke blog-blog favorit juga. :D

Lalu halaman rumah itu dihiasi oleh pot-pot kaktus yang mulai berbunga. Ada juga sebuah lahan khusus tempat budidaya sambiloto, tanaman yang banyak khasiatnya itu (tanaman yang membantu saya untuk nanti meraih gelar sarjana farmasi, aamiin... Sambiloto, bantu-bantu yah... :p). Mungkin, ada juga beberapa jenis bunga berwarna putih, kuning, biru, dan merah sebagai pemanis.

Setiap sudut rumah itu menyenangkan untuk di huni. Menyenangkan untuk ditempati membaca buku dan belajar, juga mengejar ketertinggalan hapalan. Rumah itu hening, sunyi, dan hanya saya yang berhak menciptakan bunyi di sana. Lantainya bersih dan kinclong, wangi melati pula. Pokoke, nyaman dan aman meski saya menghuninya seorang diri. Sinyal handphone juga bagus, jadi sesekali saya dapat mengabari ibu, bahwa saya baik-baik saja di sini.

Rumah itu, tempat saya benar-benar ingin pulang. Tempat saya beristirahat dengan tenang tanpa gangguan siapapun. Tempat saya beribadah dengan tenang tanpa harus khawatir niat terusik karena disaksikan siapapun. Tempat saya belajar dengan tenang tanpa dipaksa siapapun. Dan tempat saya berkarya dengan tenang tanpa diintervensi siapapun.

*tulisan mengkhayal sejadi-jadinya diantara suara takbir
*selamat Idul Adha, blogger :)


3 komentar:

  1. berkunjung..
    BW..BW..
    Folback y.. ditunggu.. :)

    BalasHapus
  2. Salam Kenal..
    Selamat Hari Raya Idul Adha..

    :D

    BalasHapus
  3. @syifa: iya..terima kasih kunjungannya... *brb ke tkp -> folback:)

    @doktergigigaul: selamat hari raya!

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)