Minggu, 22 November 2015

Hujan yang Dirindukan

dimuat di rubrik Mimbar Kita, Harian Amanah, 3 November 2015



Terik seperti belum juga ingin beranjak. Bahkan meski matahari telah terbenam, ia masih saja menyisakan hawa gerah yang membuat lisan-lisan kita menjadi begitu mudah mengeluhkan peluh yang tidak juga mau berhenti menetes. Kita pun mulai membandingkan antara daerah kita dengan daerah lainnya; yang mana yang terasa lebih panas? Selebihnya, mungkin masih ada yang merasa lebih patut bersyukur atas kondisinya, saat kemudian menengok pada bagian Sumatera dan Kalimantan Indonesia yang bukan hanya disengat panas, namun juga dikepung oleh kabut asap yang membuat kita seolah baru sadar; betapa berharganya tiap hirup oksigen yang selama ini diberikan Allah secara cuma-cuma. 

Manusia dengan segala kesempurnaan penciptaannya juga tidak lepas dari fitrahnya yang seringkali salah dan lupa. Seberapa cerdasnya kita, terkadang justru kecerdasan itulah yang membuat kita terlena. Membuat kita merasa mampu melakukan apa saja. Hitung-hitungan pada keuntungan duniawi yang bisa didapatkan membuat beberapa orang terkadang menjadi mudah untuk khilaf demi memenuhi pundi-pundinya sendiri. Maka terjadilah, kerusakan di langit dan di bumi akibat ulah tangan manusia sendiri. 

Lalu saat alam ini tidak lagi menganggap kita sebagai sahabat yang baik, kita baru sadar; sejatinya, kita bukan siapa-siapa, kita bukan apa-apa. Buktinya, hanya untuk mengharapkan hujan saja, kita tahu bahwa kita butuh teknologi yang rumit dengan budget yang tidak sedikit untuk merekayasanya. Hanya demi memadamkan api, para orang relawan yang baik hatinya itu yang harus meninggalkan keluarganya dan mengerahkan segenap kekuatan yang ia punya. Demi menuntaskan gerah, kita tak tahu lagi harus meminta hujan kepada siapa, selain hanya padaNya saja. 

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan)” (QS. Al A’raf:57)

Hujan yang kita rindukan itu, adalah rahmat yang diturunkan Allah. Sebuah bentuk kasih sayang Allah atas hamba-hambaNya. Tapi, jika nanti ia telah datang dan membuat kita basah, setidaknya berjanjilah, jangan membuat keluhan yang baru, ya?

3 komentar:

  1. Inspiratif kak :). bagaimana caranya krim tulisan di rubrik Mimbar Kita, Harian Amanah kak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kirim ke mozaikamanah@gmail.com
      subject: Mimbar Kita

      Hapus
  2. syukron kak, ada tulisanku yang terinspirasi dari tulisanta hehe.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)