Kamis, 08 Mei 2014

Tugas Waktu


Setiap manusia,” demikian kekata Hasan al Bashri, “Adalah kumpulan hari-hari...”, lanjutnya. Ya, nyatanya setiap kita adalah waktu. Waktu menyusun kita hingga menjadi seperti sekarang. Masa lalu adalah kita yang dulu. Masa depan adalah kita yang nanti. Kita berada dalam pusaran masa yang  tidak pernah menunggu apa-apa, tidak pernah menunggu siapa-siapa. Ia adalah kawan yang tak ingkar janji, dan selalu tepat saat datang dan pergi. Detik yang lalu adalah sejauh-jauhnya sesuatu yang tidak akan pernah kembali lagi. 

Dan di dalam hidup, kita melewati banyak hal. Banyak peristiwa. Hal-hal yang baik menjadi kesyukuran yang kita maknai dengan senyuman. Hal yang buruk juga kadang datang bergantian, meminta kita untuk menyabarinya, dan menghadapinya dengan sebaik-baiknya cara. Permasalahan datang dan pergi, meminta untuk kita selesaikan. Sesekali, waktu membantu kita. Saat kita hanya dapat menunggu, mungkin berpasrah, atau sekadar taktik untuk membiarkan hal tersebut usai dengan sendirinya. 

Waktu menguji kita. Mengajarkan kepada kita tentang ketahanan. Saat cobaan datang menerpa, dalam kurun waktu tertentu mungkin kita masih dapat bertahan. Namun waktu terus berjalan. Dan kita akan teruji, selama apa kita bisa bertahan. 

Waktu akan menunjukkan karakter kita yang sebenarnya. Di satu titik mungkin kita adalah langit biru yang tenang. Namun waktu tidak akan menunggu. Dan saat masa berganti, semburat azura di langit tadi bukan tak mungkin berganti mendung. Pekat. Mungkin, waktu yang selanjutnya akan membuatnya kembali kepada wujud kita yang sebelumnya. Bisa demikian, tapi bisa juga tidak. 

Waktu akan membuka tabir niat kita. Pada masa sekarang, mungkin kita masih bisa melakukan suatu hal tertentu dengan ringan dan tanpa beban. Namun, saat hari-hari telah berlalu, masa yang panjang akan menguak satu per satu, perihal niat yang di dalam hati itu. Adakah dia akan kokoh meski dihadang waktu? Ataukan justru berbalik arah dan menunjukkan tujuan yang sebenarnya. Tujuan yang bisa jadi, sama sekali berbeda. 

Waktu akan menyadarkan kita pada sebuah keputusan. Terkadang, ada ketergesa-gesaan yang membuat kita memilih. Kita pergi ke satu titik, ke satu tempat, ke satu keadaan. Di awal mungkin kita akan tetap memilih berada di sana. Tapi waktu akan terus berdetak, tanpa sedetik pun diam. Lalu pada jalinan menit-menit yang terlewat itu, kita akan menginsyafi tentang apa yang telah kita putuskan sebelumnya. Waktu membuat kita menjadi tahu; apakah harus bertahan, atau justru berbalik meninggalkan. 
Waktu akan menentukan perihal kesabaran. Bersabar di masa yang singkat, akan berbeda bila ia dibawa kepada masa yang panjang. Hanya keteguhan yang dapat membuatnya menjadi sama, keteguhan yang hanya akan bisa terbaca saat waktu yang menentukannya. Kesabaran akan menjadi nafas, menjadi langkah, menjadi pintu yang siap membuka. Tapi, waktu akan terus berada di sekelilingnya. Memerhatikannya dari kiri dan kanan; seberapa lama hal yang disabari itu bisa bertahan. 

Waktu akan membantu kita mengenali diri kita sendiri. Manusia, bisa menjadi teramat sangat mudah untuk terpengaruh dengan sekelilingnya. Tapi, pengaruh itu bisa saja tidak berlangsung selamanya. Pada akhirnya, kita akan sadar, yang mana diri kita yang sebenarnya. Pada satu titik, waktu akan mengantarkan diri kita sendiri untuk terpampang memperkenalkan jiwanya, dirinya, nuraninya yang sebenarnya. Yang mungkin saat ini, belum pernah benar-benar kita kenali, sebab kita terlalu sibuk dengan hiruk-pikuk khalayak, hingga akhirnya waktu yang membantu kita. Seolah membawa satu sosok sambil berkata, “Kenalkan, ini dirimu yang sebenarnya. Dirimu, dengan segala ketahananmu, karaktermu, niatmu, keputusanmu, dan kesabaranmu.”

Tenanglah. Waktu akan mengerjakan tugasnya dengan sangat baik.

Makassar, 7 Mei 2014  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)