Selasa, 28 September 2010

Ambulance dan Saat Saya DIVONIS MATI

http://neilhoja.files.wordpress.com/2009/03/10format-ilustrasi-pusara.jpg


Bismillahrirrahmanirrahim…

Hari itu siang cerah ceria. Nampak berbeda dari siang-siang sebelumnya yang digelayuti awan kelabu, disusul hujan rintik hingga deras. Saya menyusuri salah satu jalan di Kota Makassar saat suara khas itu terdengar dengan jelas. Suara sirene. Pandangan saya seketika mencari sumber suara dan mendapati sebuah mobil putih bergerak cepat diantara kerumunan kendaraan. Beberapa motor mengikut di sampingnya. Bergerak tak kalah cepat.

Sejenak peristiwa itu membuat saya menerka-nerka. Apa gerangan yang sedang terjadi di dalam ambulace itu? Apakah ada yang sedang kritis? Atau bahkan si ambulance sedang menggiring sebuah mayat menuju peristirahatannya yang terakhir? Ah, apapun itu, kejadian tadi tetap mengingatkan saya pada satu kata. MATI.

Saya sudah divonis mati.

Yah, saya tidak sedang bercanda, kawan. Bahkan tangan saya sampai dingin saat mengetik tulisan ini. Ide kalimat di atas mencuat saat membaca tulisan salah satu rekan blogger di MULTIPLY yang membuka cakrawala berpikir saya bahwa saya pun telah divonis mati. Ya. KITA SEMUA TELAH DIVONIS MATI.

Kematian. Bukankah hal itu merupakan sebuah kepastian diantara berbagai macam ketidakpastian dalam hidup ini. Sayangnya, kebanyakan kita justru lebih sibuk mempersiapkan segala hal yang belum pasti dibandingkan menyiapkan satu hal yang pasti ini. Menyiapkan kematian!

Setiap yang berjiwa akan merasakan mati…(QS. Ali Imran [3]:185)

Bukan hanya soal menyiapkan liang kubur tempat kita bersemayam nanti. Bukan juga tentang berapa meter kain kafan yang kita butuhkan sebagai pakaian terakhir. Tapi lebih kepada perbekalan untuk menghadapi perjalanan panjang yang melelahkan dan tidak akan ada akhirnya.

Saya selalu mengingat analogi dari seorang ustadz yang saya dengar ceramahnya di TV. Saat itu musimnya Idul Qurban. Dan beliau mengumpakan manusia layaknya hewan kurban. Bukan untuk merendahkan kita yang telah tercipta dengan sebaik-baik penciptaan. Tapi justru untuk mengetuk nurani kita, bahwa terkadang akal yang sangat sering kita agungkan dan kita andalkan ini sangat membutuhkan sentuhan lembut dari bisikan hati kecil yang kadang tak terdengar karena terlalu pikuknya dunia. Kita seperti hewan kurban yang sibuk mengunyah rumput, bahkan saat hewan kurban lainnya digiring ke tempat penyembelihan. Bahkan disembelih didepan mata. Dileher hewan yang disembelih itu ada nomor urut 5. Lalu hewan yang masih sibuk meruput lainnya punya nomor urut 6. Tapi masih saja sibuk memamahbiak sambil sesekali mengembik tak karuan.

Sering kita tertegun dengan kabar kematian seseorang. Tapi sekejap saja, untuk selanjutnya kembali tertawa-tawa. Kembali tenggelam dalam santai dan terus berkelakar; “Mau-mau gue dong!”. Padahal kita tak pernah tahu. Mungkin saja setelah ini, kita berada di urutan selanjutnya untuk mengakhiri hidup.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun [63]:11)

Ah, saya begitu sering mengingat mati. Namun bersamaan dengan itu pula saya malu dengan diri ini. Mengingat mati tapi tetap berkubang dalam maksiat dan kesia-siaan. Berbagai macam kemalasan. Berbagai macam kebodohan dan keluhan yang tiada guna. Sering tak sabaran merawat ibu. Sering tak bisa menjadi contoh adik dan kakak yang baik. Sering lalai dalam berbagai kewajiban. Sering sibuk mengingatkan sementara paling sering pula lupa. Sangat kurang bersyukur dan terus meminta ini-itu. Begitu sedikit ilmu, dari yang sedikit itu, begitu banyak yang belum teramalkan, amal yang belum terdakwahkan, ataupun dakwah yang tidak disertai dengan kesabaran, tidak dengan keikhlasan. Sering merengek dan berbuat seolah-olah sedang tidak disaksikan Allah! Astaghfirullah… Belum lagi begitu banyak aib yang masih ditutupiNya dari mata orang sekitar. Ah…, andai kau tau siapa saya sebenarnya…

Jika kau bertanya mengapa saya senang menulis, itu sebab saya tahu bahwa saya tidak akan abadi. Tapi tulisan ini mungkin bisa lebih lama bertahan daripada umur saya sendiri. Saya memang bukan Imam Bukhari yang keberadaannya masih terasa lewat karya fenomenalnya. Bukan pula ulama-ulama lain yang tinta emasnya memberi pencerahan hingga beratus-ratus tahun setelah ia tiada. Terlalu sedikit ilmu dan cahaya yang bisa saya bagi. Tapi, semoga yang sedikit itu dapat berarti saat saya menuliskannya di sini. Agar yang tersisa dari saya bukan hanya sekedar nama dan keterangan lainnya di batu lisan saya nanti. Tapi juga beberapa tulisan yang dapat mengingatkan, bahwa saya pernah ada. Bahwa saya pernah berbuat sesuatu. Dan kelak, semoga ia bisa menjadi bekal yang tak terputus dikirimkan saat saya nanti akan sangat membutuhkan.

Kawan, kita telah divonis mati.

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu’ah [62]:8)

(Makassar, 28 September 2010)

--------------------------------------------------------------------------

wasiat

dik, jika nanti aku mati

bukalah tiap lembar sajak untuk ingat pada kakakmu ini

tak banyak memang yang dapat mengerti

sebab sejak awal ia adalah seorang penyimpan rahasia abadi

dik, jika nanti aku mati

bunga-bunga mungkin tak banyak berganti

sebab memang jarang kutengok mereka

rumput di depan rumah pun begitu

sebab mungkin pernah kuinjak mereka dengan angkuh

pun dengan tiap makhluknya yang jarang kusentuh

dik, jika nanti aku mati

sajak-sajak itu rupanya telah bercerita tentang diri

belajarlah dari tiap untai kata yang cipta siluet-siluet kakakmu.

sebab tanpa mereka mungkin telah lama nafasku tersengal

dan hanya dapat memandang bulan sebagai malam

dan mentari adalah siangnya.

(ramadhan 23 1429)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)