Minggu, 07 Januari 2018

MENAKAR JALAN HIJRAH

Perempuan itu membuat semua orang kaget. Ia yang dulunya selalu berpakaian minim dan terbuka, tiba-tiba tampil mengenakan hijab. Hijrah, istilahnya. Banyak yang mendoakannya agar istiqamah. Tapi tak sedikit pula yang berkomentar macam-macam.

Kita tentu pernah menemui kejadian di atas. Yang paling gampang diamati tentu yg terjadi pada publik figur. Artis yang dulunya selalu tampil seksi, tiba-tiba muncul dengan mengenakan jilbab dan pakaian tertutup. Cek per cek, doi memang belakangan rajin ikut kajian, atau gaul sama sesama artis yang hijabers, atau alasan lainnya. Ya, hidayah itu memang bisa datang dari mana saja.

Yang menarik ditilik adalah komentar orang yang di sekitarnya. Kadang, mereka yang merasa lebih dulu hijrah seringkali memberikan penilaian rupa-rupa. Tak jarang juga ada nada nyinyir di sana.

'Ah, hijabnya masih kurang panjang!'

'Katanya sudah hijrah, tapi kok dandanan masih tebal!'

'Gaulnya masih kayak dulu tuh, IGnya masih penuh foto selfie!'

Daaan...beragam nyinyiran lain. Padahal, pernahkah kita berpikir tentang apa sih yang mereka hadapi untuk proses hijrah itu? Di lingkungan di mana rok mini itu sah sah saja, tampil dengan penutup kepala tentu beda sensasinya dengan hadir di lingkungan yang memang umumnya ceweknya berhijab. Bahkan bisa jadi, shalat lima waktu saja bagi mereka adalah sesuatu yang sangat WOW. Maka tidak bijak kiranya proses mereka itu kita nilai lewat standar kita yang memang tidak berada di lingkungan yang sama.

Begitu pula saat kita melihat akhwat yang dibesarkan di lingkungan keluarga ustadz, misalnya. Kadang kita dengan mudah menganggap bahwa jalan hijrah dia PASTI lempeng-lempeng saja. Padahal, kita pun tidak pernah tahu tantangan apa yang ia hadapi. Dan setiap orang pasti punya ujiannya masing-masing kan?

Sama halnya saat ada saudari seperjuangan yang tiba-tiba 'hilang'. Padahal mungkin kita tak pernah tanya kabarnya, boro-boro kunjungi rumahnya, tapi kok ya lisan rasanya ringan saja untuk nge-judge;

'Ah, sudah futur tuh dia...'

'Kenapa sih semudah itu dia melepas hidayah...'

'Padahal masalah saya kemarin lebih berat loh, dia mah lemah mujahadahnya, masa gitu aja gak istiqamah...'

Endebrei... endebrei...

Lagi-lagi, memang kadang paling mudah untuk komentar, justru saat kita tidak tahu jalan cerita yang sebenarnya. Dan tahukah kita, ukuran kita tak pernah sama. Tiap orang punya medannya masing-masing. Dan kadang, di jalan hijrah kita ini, kita hanya butuh satu hal: mengedepankan baik sangka.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)