Ramadhan kembali tiba di penghujungnya. Sedikit lagi, ia akan berlalu meninggalkan. Ini tentu membuat kita mengintip kembali apa-apa saja pencapaian yang sudah dikerjakan di Ramadhan ini. Apakah target-target yang dicanangkan sebelum Ramadhan dimulai benar-benar telah dieksekusi dengan baik? Bagaimana shalat-shalat nafilahnya? Bagaimana bacaan Qur'annya? Bagaimana hapalannya? Bagaimana baca bukunya? Bagaimana sedekahnya? Apakah semuanya telah terlaksana sesuai dengan terget sebelumnya?
Hmm.., waktu memang bisa menjadi parameter yang baik untuk menetapkan pencapaian. Sebab, ia tidak bisa menunggu. Waktu tidak bisa memberikan dispensasi. Ia akan terus berjalan, mengiringi yang turut melangkah bersamanya, dan meninggalkan siapa-siapa yang hanya berdiam diri saja. Duh...
Jika kita melihat kehidupan yang lebih luas lagi, di luar masa Ramadhan ini, maka hal yang sama pun terjadi. Berapa umur kita saat ini? Diantara umur yang sudah dilewati tersebut, apa saja yang sudah kita perbuat? Berapa banyak ilmu yang telah kita kumpulkan, tuliskan, hapalkan, pahami, yakini dan kita amalkan dengan kesabaran? Sudah apa saja skill yang kita punya? Berapa porsi waktu untuk diri sendiri dan untuk orang lain? Diantara waktu-waktu tersebut, berapa persen yang dijalani dengan kemanfaatan, dan berapa yang tidak? Intinya, apa saja yang sudah kita lakukan dalam hidup? Apakah ternyata selama ini kita kebanyakan waktu tidur? Terlalu cepat beristirahat? Atau terlampau buru-buru bersantai-santai?
Pada kenyataannya, ternyata bertambahnya umur, tidak selalu ekivalen dengan bertambahnya pengalaman, pun dengan pemahaman dan pengamalan. Ada orang yang umurnya sudah lumayan banyak, namun ternyata minim dengan itu semua. Tapi, ada pula yang masih sangat muda, namun ternyata punya 'bekal' yang melampaui usianya. Nah, kita yang mana?
Parahnya, bisa saja sedikitnya bekal diikuti oleh banyaknya beban; dosa, maksiat, kekhilafan, dan kelalaian. Syukur-syukur jika hal-hal yang buruk itu diikuti dengan kesadaran. Ya, hal terburuk adalah saat segala kesalahan tidak disadari, hingga terus dilakoni, tanpa pernah ada niat ditaubati. Seperti seseorang yang nyasar di jalan, lalu engggan bertanya, lalu terus melangkah dalam kebingungan, maka tidak pernahlah ia sampai pada tujuan.
Tulisan ini, untuk diri saya sendiri, sih. Tapi, jika ada yang berkenan untuk ikut merenungi ini bersama saya, maka semoga ia menjadi sebuah kemanfaatan yang menjadi awal semangat untuk kembali berbenah. Saling mendoakan dalam kebaikan, ya. Selamat menanti waktu berbuka puasa. :)
Haduh ... saya sudah melakukan apa ya???
BalasHapus