Banyak orang yang beranggapan, bahwa hari ini kita hidup di masa kebebasan.
Semuanya ingin bebas. Pikiran. Perbuatan. Tulisan. Karya seni. Media. Pokoknya,
segala hal tidak ingin lagi diatur-atur dalam kekangan yang dianggap saklek dan
hanya menghambat laju perkembangan zaman. Bagaikan seekor burung, setiap orang
ingin lepas dari kandanganya masing-masing. Tidak ada yang ingin ditawan oleh
siapa-siapa, bahkan oleh dirinya sendiri. Menahan kebebasan dianggap sama saja
dengan menahan langkah dan menahan kehidupan. Tapi, benarkah?
Apa hal lain yang lahir dari kebebasan ini? Adalah standar yang
bermacam-macam. Setiap orang dianggap berhak untuk membuat standarnya sendiri
dan tidak ada yang boleh protes akan hal itu. Jika ada yang menganggap suatu
hal mengganggu, maka itu belum tentu berlaku umum. Jika masih ada orang yang
merasa aman-aman saja, maka bukan berarti hal itu benar-benar salah, bahkan
meski kesalahannya sudah teramat sangat nyata. Bahkan, orang yang menganggapnya
salah dianggap sebagai manusia yang terlalu mengekang. Dianggap punya pikiran
sempit nan saklek yang hanya akan menebarkan kebencian dan anti perdamaian.
Orang-orang seperti itu dicap sebagai kaum terbelakang yang terlalu konservatif. Akhirnya, mereka dikucilkan. Diasingkan. Terasing
dalam keramaian. Lalu dicitrakan sebagai kaum yang memang pantas untuk
memeroleh akibat tersebut.
Orang-orang yang sedang memperjuangkan kebebasannya mungkin lupa, meski
mereka selalu merasa sedang berjuang untuk melawan lupa. Bahwa saat mereka
mengekspresikan sesuatu yang mereka anggap sebagai kebebasan, di saat yang
bersamaan, sejatinya mereka sedang mengebiri kebebasan orang lain. Tanpa sadar
mereka sedang menjilat ludah mereka sendiri dan justru sedang melakukan sesuatu
yang saklek dengan menuhankan kebebasan yang mereka usung. Mereka mengekang
orang lain, dalam kebebasan mereka.
Mereka menganggap orang-orang tertentu hanya bersifat taklid buta terhadap
apa yang mereka anggap benar. Mereka menganggap orang-orang tertentu tidak
bersedia menerima pendapat lain, padahal pada waktu tersebut, mereka pun
sejatinya sedang menutup pintu untuk menerima pendapat siapapun, kecuali
menerima apa yang mereka sebut sebagai kebebasan. Mereka mengekang orang lain,
dalam kebebasan mereka.
Dengan atau tanpa sadar, mereka sedang membebaskan pengekangan terjadi oleh
ulah mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)