Hari terus berganti. Matahari
tenggelam lagi, lalu rembulan pun terbit. Mereka semua menjalankan perannya
masing-masing sesuai ketentuan Tuhan. Tiada yang mengelak sedikitpun. Tiada
yang menunggu sedetik pun. Tiada pula yang peduli apakah hari ini ada bahagia,
ataupun tengah kita lewati dengan nestapa.
Rasanya, ingin sekali barang satu
kali saja, tidak perlu peduli pada tanggapan siapa-siapa. Ingin saja menangis
sekeras-kerasnya. Atau meluapkan amarah sebebas-bebasnya. Berteriak
sekencang-kencangnya, tanpa ada yang perlu mendengarkannya. Tanpa ada yang
perlu dikhawatirkan akan terkaget karenanya.
Tapi, nyatanya tidak bisa begitu. Tidak
boleh begitu.
Sebab tidak perlu semua orang
tau, semua hal yang bergelayut dalam pikiranmu. Tidak usah semua orang mengerti
seberat apapun hidup yang tengah kau lalui. Tidak penting semua orang menyadari
seberapa pelik pilihan yang sedang kau hadapi. Semuanya akan tetap baik-baik
saja. Hari terus berganti. Matahari tenggelam lagi, lalu rembulan pun terbit.
Dengan atau tanpa senyummu.
Tapi bukankah semua hal akan
dipergilirkan? Seperti pagi dan malam. Seperti langkah kanan dan kiri yang bisa
membuat kita berjalan. Seperti roda yang berputar, ke atas dan ke bawah. Maka
segala liku dan haru, suatu waktu akan berubah menjadi bahagia, mungkin pula,
jatuh cinta. Senja akan tetap menjelang, jingga akan muncul temaram. Seolah
menghapuskan tiap bulir air mata. Seolah berjanji bahwa setelah hujan nanti,
akan selalu ada kemungkinan munculnya lengkung pelangi. Bahwa setelah kesempatan hari
ini, akan ada kesempatan dan kesempatan lagi.
Semua akan baik-baik saja.
Seperti hari-hari kemarin yang berlalu seolah mimpi. Seperti tiap doa-doa
rahasia yang dilangitkan tanpa pernah diketahui oleh sang pemilik nama. Seperti
harapan-harapan masa depan yang tetap akan ada, dan membuat kita tersenyum,
bahkan yang paling pahit sekalipun. Yang akan membuat kita tersenyum, saat
bangun pagi, pada diri kita sendiri.
Semua akan baik-baik saja, yakinilah.
Sebab pada kelam sekelamnya gelap, kaulah cahaya itu. Kaulah penerang itu. September
telah berakhir, bolehkah aku membangunkanmu?
Makassar, 30 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)