Sejak kecil, saya selalu merasa akan mati muda.
Ya, entah mengapa.
Kira-kira di usia SD, tentu pada waktu itu saya belum tahu menahu perihal
hal-hal seberat itu, perihal kematian. Saya belum belajar agama dengan benar
sehingga tidak pula mengerti konsep dzikrul-maut
yang erat kaitannya dengan nasihat agar menjalani hidup dengan lebih lurus.
Untuk sebuah alasan yang hingga hari ini pun saya tidak tahu, entah mengapa
saat itu saya selalu menganggap diri saya tidak akan sampai pada fase dewasa,
saya akan mati sebelum itu. Atau setidaknya, dunia ini akan kiamat sebelum itu.
Aneh ya?
Ya, saya memang anak yang aneh (mungkin juga sampai sekarang, hehehe...).
Saya punya imajinasi yang terlalu melebar kemana-mana –jika tidak disebut liar.
Entah karena pada waktu itu saya mencekoki diri dengan bacaan seputar hal-hal
fantasi, pahlawan berkekuatan super, dan sebagainya, sehingga saya bisa dengan
mudah untuk berimajinasi tentang banyak hal yang aneh-aneh. Termasuk tentang
kematian. Di suatu hari saat masih SD, saya bahkan pernah berdiri beberapa saat
sambil mengamati baju seragam sekolah saya yang tergantung di pegangan pintu
lemari. Baju itu masih kusut dan seharusnya saya letakkan segera di tempat
setrikaan agar disetrika dan bisa saya gunakan esok lusa.
Cukup lama saya berdiri menatap baju itu, hingga kemudian memilih untuk
tetap meninggalkannya di sana. Kau tau kenapa? Sebab entah atas alasan apa,
saya merasa akan meninggal besoknya, sehingga saya tentu tidak membutuhkan baju
itu lagi esok lusa. Dan sebagai seorang anak kecil, saya menganggap bahwa
kematian adalah perkara sederhana. Padahal, tidak.
Hingga saat ini pun, perasaan seperti itu pun seringkali tiba-tiba muncul
lagi. Namun kali ini dalam pemahaman yang berbeda, tentunya. Kematian bukan
lagi perkara sederhana yang bisa dengan sok saya hadapi dengan tenang. Kematian
adalah sebuah pintu masuk menuju ke alam selanjutnya, menuju pada
pertanggungjawaban yang saya imani akan dihadapi oleh seluruh manusia.
Perasaan-tidak-lama-lagi-akan-mati
itu akhirnya membuat saya menjadi merasa perlu menyiapkan banyak hal. Amalan
baik, tentu saja. Dan beberapa hal lain yang juga perlu dipersiapkan sebelum
meninggalkan dunia.
Saya butuh ahli waris.
Bukan, bukan untuk perkara harta. Sebab nyatanya, saya memang tidak punya
apa-apa. Semua rupiah yang ada di tabungan atas nama saya sejatinya hanyalah
belas kasihan kedua orang tua saya yang masih membiayai hingga hari ini. Jika
pun ada sepeser yang merupakan hasil dari usaha sendiri, itu tidak berarti
banyak. Bahkan mungkin telah tandas saya belanjakan kesana kemari.
Tapi, saya butuh ahli waris untuk meneruskan beberapa hal yang saya harap
akan terus berlanjut walaupun saya sudah tidak ada. Buku saya, misalnya. Buku
itu, meski bukan sebuah karya yang sangat berarti, saya harap masih akan terus
beredar meski saya sudah mati. Demikian pula dengan blog ini, dan blog saya
yang lain. Saya ingin memastikan bahwa ia akan terus beroprasi dan tetap bisa
diakses. Maka, ahli waris saya hanya akan saya warisi dengan link pada penerbit
buku serta password e-mail, dan password blog serta password akun FB dan
twitter untuk mengabarkan pada kawan-kawan saya di sana, bahwa saya telah tiada
dan saya harap mereka tetap mendoakan kebaikan pada saya. Hmm.., hingga saat
ini satu-satunya kandidat ahli waris yang terpikirkan oleh saya adalah adik
kandung saya, Indy Trini. Saya tidak
tahu apakah ia akan membaca tulisan ini, tapi jika kemudian saya mati dan ada
pembaca yang telah membaca tulisan ini dan mengenal Indy, tolong beritahukan
perihal ini padanya. Kalau-kalau saja saya ternyata lupa, atau tidak sempat
memberitahukan ini pada Indy. Mungkin, saya akan mulai menuliskan
password-password itu di secarik kertas yang saya letakkan di dompet. Sama
seperti jika saya memiliki utang, maka menuliskannya di kertas dan
meletakkannya di dompet adalah cara yang aman. Seseorang akan menemukan dompet
itu, dan bisa membantu membayarkan utang itu jika kita ternyata mati duluan.
Utang itu khan mengerikan! Syuhada saja bisa tertunda masuk surga jika utangnya
belum dilunaskan! Apalagi saya!
Nah, lihatlah bagaimana saya seringkali dihinggapi perasaan tidak akan
hidup lebih lama lagi. Saya sering merasa akan pergi lebih dahulu daripada
bapak, mamak, kakak, dan adik saya. Entah mengapa. Dan hal seperti ini, hanya
bisa dijawab oleh rangkaian hari yang datang satu per satu. Takdirlah yang akan
menunjukkan apakah dugaan saya itu benar, atau hanya angan kosong belaka.
Oh iya, hal ini juga seringkali membuat saya berpikir tentang beberapa hal
yang belum saya sampaikan kepada beberapa orang. Ada sesuatu yang masih saya
simpan sendiri, dan jika saya mati, maka mungkin itu semua akan ikut terkubur
bersama jasad saya. Tapi tak mengapa, mungkin memang akan lebih keren jika ada
rahasia yang kita bawa sampai mati. Hehehe...
Satu hal yang akan menyadarkan saya dari pemikiran aneh ini hanyalah jika
saya mengingat kembali pada dosa-dosa. Bejibun dosa yang belum tuntas saya
tebus dengan taubat. Juga dengan kata maaf kepada orang-orang yang pernah saya
lampaui haknya. Juga memaafkan orang-orang yang masih belum bisa saya lupakan
kesalahannya. Hal-hal semacam itulah yang membuat saya kemudian akan berpikir,
saya sama sekali belum siap untuk mati. Bahkan meski dunia ini sudah tidak
terlihat menarik lagi.
Hmm... tulisan ini nampaknya semakin tidak jelas juntrungannya, ya?
Maafkan, saya hanya ingin menumpahkan pikiran saja. Maafkan juga, jika kamu
sudah membaca sampai sejauh ini tapi nyatanya tidak menemukan manfaat apa-apa.
Maafkan ya, sebab saya tidak ingin menambah daftar dosa yang tentu akan semakin
memberatkan kehidupan setelah kematian saya.
Maka pada akhirnya saya akan mencoba untuk lebih logis dan lebih lurus lagi
dalam memikirkan hal ini. Saya perlu mengingat kembali nasihat dari sebuah buku
yang dulu dipinjam seseorang tapi tak pernah ia kembalikan hingga kami tidak
bertemu lagi. Buku itu berpesan; Tidak
penting kapan kita mati, yang terpenting adalah apa yang telah kita siapkan
untuk menghadapi kematian, dan kehidupan setelah mati.
Dan buku itu, benar.
Makassar, 4 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Jika kamu berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar, lebih baik lagi :)